Thursday, January 11, 2018

Throwback 2017: KIJP Batch 6 Karimun Jawa


It's just another people backyard
Sudah lebih dari sepuluh tahun sejak terakhir kalinya saya melangkahkan kaki (literally) keluar dari tanah pulau Jawa. Mungkin itu sebabnya perasaan saya ketika waktu semakin dekat untuk berangkat ke acara Komunitas Inspirasi Jelajah Pulau (KIJP) bulan Oktober yang lalu, semakin resah. Bahkan sampai 24 jam sebelum jadwal Kapal berangkat, saya masih separuh hati. Padahal saya termasuk penganut paham: kalau ragu-ragu, nggak jadi aja!

Untuk lebih memantapkan hati, di luar kebiasaan, banyak orang saya pamiti. Saya sampai “bilang-bilang” ke teman-teman di grup-grup Whatssap kalau saya mau ke Karimun Jawa, berharap satu dari sekian banyak yang saya beritahu itu ada yang punya firasat apa gitu lalu bilang: Jangan berangkat!

Sampai akhirnya pada detik pertama saya menjejakkan kaki di perahu yang bergoyang lembut, saya bersyukur karena tidak jadi mangkir.

KIJP itu Apa?

Pengetahuan saya tentang KIJP adalah zero, sampai ada provokator menunjukkan pada saya akun instagram KIJP dan mendorong (baca: menyuruh) saya untuk ikutan daftar. Sekilas saja saya ceritakan kegiatan KIJP adalah sebuah komunitas yang beranggotakan relawan yang berbagi inspirasi tentang profesi dan pekerjaannya dengan anak-anak Sekolah Dasar. Mengapa disebut jelajah pulau, karena KIJP ini menargetkan lokasi-lokasi di luar pulau Jawa.

Para relawan akan tinggal bersama di salah satu rumah penduduk setempat selama berkegiatan. Selama tiga hari dua malam, mereka diharapkan mampu memberikan kontribusi tidak hanya untuk anak-anak sekolah, tapi juga masyarakat di sekitarnya. Selanjutnya silakan kepo akun-akun medsos KIJP.

“Mak Win harus daftar!” gitu suruh si Provokator setelah saya lapori kalau saya sudah baca-baca medsos KIJP.

Oke, memang saya tertarik dengan kegiatan KIJP, tapi agak ragu, karena pertama, profesi saya rada nggak jelas dua tahun belakangan, dan yang kedua, harus naik kapal cepat ke Karimun Jawa menjelang musim penghujan, agak menyurutkan langkah. Belum lagi sering beredar berita turis terjebak berhari-hari di Karimun Jawa karena cuaca buruk. Bacalah di kacamata saya, ibu-ibu dengan dua anak masih SD (agak lebay) yang meskipun bisa berenang, pernah merasakan mabuk laut yang bikin kapok waktu menyeberang Selat Sunda.

“Ini kan di Karimun Jawa, nggak seperti yang di Kepulauan Seribu. Di sana 9 jam di kapal!” si Provokator menyemangati (atau menakut-nakuti).

Tapi akhirnya saya mendaftar karena awalnya semata untuk memenuhi janji pada si Provokator. Dan menjadi rezeki saya untuk ikut merasakan pengalaman yang paling berkesan di tahun 2017. Seperti ide tulisan untuk Arisan Blog Gandjel Rel dari duo blogger perempuan yang keren, Mbak Tanty dan Nuzha sebagai penutup tahun 2017 dan menyambut tahun 2018.

Keberangkatan
Kapal Ekspress Bahari
Selepas 18 jam sebelum berangkat yang tenang, sekitar jam 10 pagi di hari Jumat Kapal Cepat Ekspress Bahari dari Pelabuhan Kendal bersama 40-an relawan. Kami nanti akan terbagi dalam empat kelompok di desa Kemujan Karimun Jawa. Kemujan ini adalah bagian dari kepulauan Karimun Jawa bagian Utara. Menurut panitia, dari Pelabuhan Karimun Jawa perjalanan ke Kemujan memerlukan waktu 45 menit jalan darat naik pickup.

Karimun Jawa adalah sebuah kecamatan yang terletak di Kabupaten Jepara. Waktu tempuh kapal cepat sejenis dari Pelabuhan Jepara hanya sekitar dua jam. Jika dari Pelabuhan Kendal membutuhkan waktu sekitar tiga jam. Buat kami waktu itu berangkat dari Pelabuhan Kendal adalah keputusan yang tepat karena jarak tempuh ke Jepara dari kota Semarang masih sangat tidak manusiawi dikarenakan perbaikan jembatan. Mengingat para relawan ini berasal dari seluruh penjuru dunia (nggak ngarang ini nyata), Semarang lebih mudah dijangkau.

Kapal melaju dengan lancar, tidak ada insiden, karena saya membekali diri dengan obat anti mabuk laut. Kapal Ekspress Bahari terbagi menjadi tiga tingkat, mulai tempat duduk ekonomi di bagian paling atas dengan fasilitas kursi papan, goyangan ombak dan angin laut yang dahsyat, sampai kelas VIP di bagian bawah kapal dengan kursi empuk, AC, snack seadanya, dan televisi yang menyajikan tontonan dangdut yang akhirnya seperti jadi original soundtrack of KIJP Batch 6 Karjaw.

Nice, mbak VV!

Perjalanan di laut selama tiga jam nyaris tidak terasa karena separuhnya diisi kegiatan tidur. Thanks to obat anti mabuk. Ketika mengintip ke jendela, air laut mulai biru, dan di kejauhan dermaga Karimun Jawa mulai kelihatan. Airnya biru tosca!

KIJP rasa KKN

Tentunya tidak semua relawan KIJP baru pertama kali kenal satu sama lain. Banyak diantara mereka yang sudah pernah bertemu di kegiatan serupa, di kota XYZ. Rombongan relawan KIJP ini di mata saya terdiri dari para veteran, dan juga penganut garis keras kegiatan relawan pendidikan. Ada yang kerjanya sepanjang tahun menghabiskan cuti untuk kegiatan serupa di seluruh penjuru nusantara, ada yang masih jet lag karena baru mendarat dari London dan langsung berlayar.

Setelah hampir sejam berpanas-panas di bak belakang pickup, di rumah Bu Matrai, (bener ga ya nulis namanya begini), sebagian dari para relawan itu berkumpul. Termasuk saya, ibu-ibu yang nyempil diantara anak-anak muda yang keren dan berbakat. Setelah sempat ketemuan di acara briefing, diskusi dan persiapan cuma bisa berlangsung di grup Whatssap. Tapi seperti saudara ketemu gede, di tengah panas dan lembabnya udara Kemujan, kami bersebelas saling bersimbiosis. Semua demi kesuksesan acara hari inspirasi di SD Negeri 3 Kemujan.
Sedulur baru


Saya jadi terbayang masa-masa KKN di Pegandon, Kendal, yang membuat semua penghuni nyaris nggak pernah pulang. Masa-masa yang memberi saya salah satu sahabat baik sampai sekarang. Di sana sebagian besar dari kami yang merupakan anak kos mendapatkan perbaikan gizi dari rempeyek kacang dan ayam goreng.

Di rumah yang terletak berhadapan dengan runway bandara Karimun Jawa, saya makan ikan tiga kali sehari.

Hari Inspirasi
Anak-anak di Kemujan ini, energinya seperti berlipat ganda. Salah satunya bisa jadi karena ikan yang jadi lauk utama mereka sepanjang waktu, mereka tumbuh jadi anak-anak yang cerdas dan sehat.

Anak-anak yang tinggal di Kemujan, pada umumnya sudah naik kendaraan bermotor ke sekolahnya sejak kelas tiga atau empat. Mereka biasanya berboncengan, tanpa helm, di jalanan Kemujan yang (untungnya) masih sepi. Hal ini terpaksa dilakukan, mengingat jarak dari rumah ke sekolah yang jauh, sementara orang tua mereka sibuk bekerja.
Anak-anak Kemujan

Selain itu mereka di luar sekolah adalah mengaji di musala atau masjid terdekat. Di desa dekat kami mengajar kebetulan ada satu tempat yang menjadi sanggar kesenian bagi anak-anak. Selain ke sekolah mereka juga naik motor untuk acara sore seperti latihan sepak bola.

Nah, meskipun pernah ikut acara serupa di Semarang, baru kali ini saya kehabisan napas. Pas banget dapat kelas (usia) kecil, yang penuh tangisan dan teriakan. Amunisi yang sudah dipersiapkan jauh hari seperti peralatan mengajar, aneka stiker, jadi kehilangan dayanya. Saya dari Semarang membawa MMT berukuran 6 meter persegi yang niatnya untuk simulasi denah rumah, yang akhirnya hanya jadi alas duduk ketika saya berusaha bercerita sambil menenangkan satu anak yang selalu menangis ketika digoda teman-temannya.

Inilah anak-anak pulau yang sehat, suka membaca, dan cinta buku.

Anak-anak di sana juga sudah terbiasa menerima pendatang. Selain KIJP, ada beberapa komunitas dan juga mahasiswa yang pernah menghabiskan waktu bersama mereka. Bahkan kadang sampai berhari-hari. Oleh karena itu rata-rata mereka mudah dekat dengan kami. Meski baru ketemu sekali.

Seandainya segala situasi memungkinkan, ingin rasanya main bareng lebih lama lagi. Semoga KIJP diberikan rezeki untuk datang lagi ke Kemujan, atau ke pulau-pulau lain yang lebih jauh di Karimun Jawa di tahun 2018. Seperti tantangan dari pejabat daerah di Karimun Jawa waktu kami melakukan refleksi.

Hari inspirasi memang hanya beberapa jam saja. Kami ini cuma sekedar keceh di pinggir pantai, dibandingkan para guru yang setiap hari mengarungi lautan, demi mengantar anak-anak pulau ini menuju cita-cita mereka. Semoga para guru selalu sehat dan istiqomah setiap waktu.

Indahnya Karimun Jawa

Saya tidak menampik kalau tadinya salah satu yang membuat KIJP menarik adalah tempatnya yang berada di pulau yang tersohor karena keindahan wisatanya. Bagaimana tidak jika halaman belakang seseorang adalah pantai berair tenang dan jernih. Bisa lihat sunrise setiap hari sepanjang tahun kalau mau. Hanya 10 menit jalan kaki dari rumah, sampai di Pantai Bunga Jabe, yang punya pasir putih dan pondok-pondok untuk menginap. Sangat menggoda untuk bikin barbeque night sambil main gitar semalaman.
Seafood di Alun-alun Karimun Jawa
Akhirnya memang rombongan kami sempat piknik. Malam-malam selepas tugas mencarter pickup untuk ditumpangi 20 orang buat makan ikan bakar di alun-alun Karimun Jawa. Tempat harga sepiring lobster 25 ribu rupiah. Sebelum pulang naik kapal kami juga sempat mampir di pantai dengan bebatuan indah, sempat menyusuri hutan Mangrove dan foto-foto cantik. Semua cerita yang niatnya mau saya tulis di lain waktu.

Tapi akhirnya piknik sejati yang saya alami adalah “memiknikan hati”. Keraguan saya waktu berangkat yang tergantikan oleh kenangan tak tergantikan. Saya bahagia bahwa pengalaman pertama saya dengan Karimun Jawa adalah untuk kegiatan KIJP. Tentu saja saya mau kembali lagi ke Karimun Jawa. (Dan juga niat di hati teman-teman relawan lainnya. I’m positive about this, buktinya kelompok saya membabi-buta berencana balik ke Kemujan lagi padahal kapal belum angkat sauh.)

Saya berdoa ingin kembali ke sana. Mungkin di lain waktu bukan untuk KIJP. Mungkin dengan mengajak keluarga. Lain kali saya mesti berenang, karena kemarin nggak mau ambil risiko bawa-bawa baju basah di tas yang sudah penuh sesak.

Tapi ketika kembali ke sana saya ingin lagi ke Kemujan, atau pulau-pulau lain di sekelilingnya (kalau nyali udah bertambah), pengen keliling pulau naik motor. Pengen ketemu lagi dengan bu Matrai, dengan putrinya, mungkin lihat peternakan mutiara yang dibilang salah satu guru, sekalian nginap di rumah penduduk, main-main sama anak-anak, dan bukannya sama hiu.





10 comments:

  1. Kusungguh ingin sekali jadi bagian dari KIJP mbaa :( Semoga bisa semoga bisa semoaga bisa!!! Hehe

    Thanks Mba Win sharing pengalamannya, barakallah ^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah, semoga ada rezeki di KIJP selanjutnya Septi!

      Delete
  2. Wah seru banget mbak win, banyak kenangan dan pengalaman tak terlupakan nih di kemujan, karimun jawa 👍😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah tetap berangkat jadi bisa dapat pengalaman ini, Mbak Vit.

      Delete
  3. Si sulung KKL nya di pukau Kemojan, lama juga di sana. Sekitar 1minggu. Makanya aku mupeng lihat foto2 dia pas di Karjaw

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah samaan kitaa (tos buat Mas) hihi. Kapan-kapan ke sana barengan, ya Mbak Wati

      Delete
  4. Kemarin aku juga daftar KIJP tapi belum rejekinya hehehe.. seru banget baca pengalaman mbak Win! Bikin tambah semangat buat balik ke dunia volunteer :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yes, semoga lain waktu ada rezeki ikut KIJP Nuzha!

      Delete
  5. Wah, mbak ini postnya inspiratif banget. Aku baru tau kijp itu. Bangga banget aku sama mbak kijp!
    Denger dangdut serasa di pantura mbak hahah :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih sudah mampir,.. dan dangdutnya cocok banget buat di laut! :)

      Delete