Friday, October 25, 2019

Menebar Kabar Baik dari KBA Desa Menari Tanon


Matahari bersinar cerah ketika anak-anak, kaum muda, orang tua dan sesepuh desa di dusun Tanon, Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang berkumpul di pekarangan warga yang disulap menjadi panggung pertunjukan. Hawa sejuk pegunungan masih terasa di tengah terik matahari yang menyinari panggung berlapis karpet merah. Berbaur di sana bersama warga, para tamu undangan dan pengunjung yang sengaja hadir untuk menyaksikan pembukaan Festival Lereng Telomoyo 2019. 



Dusun Tanon tempat festival dilangsungkan berjarak sekitar 60 kilometer dari kota Semarang, ibu kota Jawa Tengah dengan waktu tempuh satu jam jika mengendarai mobil. Untuk menuju Tanon, kita bisa melewati jalan menuju wilayah Kopeng yang sudah lebih dulu dikenal sebagai tempat wisata berhawa sejuk di lereng Gunung Merbabu. Jika tiba di Polsek Getasan, berarti sudah semakin dekat dengan tujuan. Jalanan berlapis aspal berkelok sebelum tiba di gapura dusun. Bus berukuran medium bisa menjangkau wilayah desa di lereng gunung Telomoyo ini. 

Rumah-rumah warga dusun Tanon
Di hari-hari biasa keadaan dusun Tanon tidak jauh beda dengan kawasan pedesaan pada umumnya. Suasana cenderung sepi ditingkahi kicauan burung berpadu dengan desir angin diantara pepohonan bambu. Rumah-rumah warga berjajar di sepanjang jalan desa, yang meskipun sebagian diantaranya sudah bertembok bata seperti rumah di perkotaan, pada umumnya memiliki halaman luas dan asri dengan pepohonan. 
Gapura Desa Menari KBA Tanon
Sebuah gapura bata merah, dengan tulisan Desa Menari – Kampung Berseri Astra – Tanon Ngrawan, menyambut di ujung jalan desa yang sudah dibeton. Yang berbeda dari hari biasa adalah janur dan penjor yang dipasang di sepanjang jalan menandai jalan menuju tempat keramaian festival. 

FESTIVAL LERENG TELOMOYO 2019


Hari itu, 12 Oktober 2019, setidaknya ada empat pelataran warga yang digunakan untuk menggelar hajatan warga Tanon ini. Festival Lereng Telomoyo akan digelar selama dua hari. Pembukaan festival dipusatkan di satu panggung utama, dengan latar belakang dinding dari bata merah bertuliskan “Desa Menari”. Di satu sisi seperangkat gamelan untuk mengiringi aneka pertunjukan telah disiapkan. Kursi-kursi ditata di sisi yang lain dan di depan panggung.
Tari Geculan Bocah
Sekelompok anak lincah menarikan “Geculan Bocah”. Sebuah tarian hasil adaptasi dari Tari Warok, yang sudah disesuaikan gerakannya untuk ditarikan anak-anak. Tarian ini sukses membangkitkan tawa penonton karena gerakan dan musiknya yang lucu dan atraktif. 

Sebelumnya sebagai pembuka ada tarian “Lembu Tanon” yang mengisahkan tentang profesi masyarakat Tanon sebagai peternak sapi perah. 
Permainan Tradisional; Enggrang
Ibu-ibu memainkan lesung
Selepas sambutan dan pertunjukan tari di panggung utama, acara festival bergeser ke teras dan pekarangan warga lainnya untuk menyaksikan aneka dolanan tradisional, salah satunya permainan lesung oleh ibu-ibu, dan eggrang oleh para pemuda. Tak lupa penonton mendapatkan kesempatan untuk mencoba bermain. 
Pertunjukan Pantomim oleh Mas Tata
Di pelataran yang lain, pemain pantomim sedang bersiap-siap untuk pentas. Mas Tata dari Solo, menggelar pertunjukannya di tengah-tengah halaman yang juga digunakan untuk pasar rakyat. Di pasar rakyat, warga Tanon menjual aneka hasil pertanian, buah-buahan, juga masakan khas desa.
Kegiatan Pasar Rakyat 
Sementara itu sebagian ibu-ibu dibantu mahasiswa yang sedang menempuh KKN (Kuliah Kerja Nyata) mulai menyiapkan hidangan untuk makan siang. Aneka camilan juga sudah disiapkan dalam toples-toples di rumah-rumah warga yang terbuka bagi setiap pengunjung festival. 
Ibu-ibu memasak untuk kegiatan festival
Hidangan makan siang hasil kerjasama warga
Di salah satu sudut rumah beberapa remaja putri sedang merias diri. Mereka bersiap untuk pertunjukan tari Topeng Ayu, yang akan digelar selepas waktu makan siang. Tarian Topeng Ayu merupakan metamorfosis dari Tari Topeng Ireng yang dikreasikan menjadi tarian selamat datang. Gerakannya terinspirasi dari perjuangan kehidupan. 

Penari Topeng Ayu, sedang bersiap sebelum pentas.
Pada hari itu sekurangnya ada empat pelataran warga dipakai untuk menggelar festival. Belum termasuk rumah-rumah warga yang juga digunakan untuk segala kegiatan persiapan dan penyelenggaraan hajatan itu. Pendek kata, seluruh elemen masyarakat berpartisipasi sesuai dengan kemampuannya. 

Selain menikmati aneka suguhan kesenian dan dolanan rakyat, pengunjung festival juga diajak menilik kegiatan sehari-hari masyarakat yang berprofesi sebagai peternak sapi perah. Pengunjung diajak menengok kandang sapi warga yang biasanya terletak di samping atau di bagian belakang rumah. Rata-rata ada tiga ekor sapi di dalam kandang, yang harus diperah setiap harinya. Pengepul susu yang akan mengambil ke rumah-rumah warga di waktu-waktu tertentu. 

Profesi warga Tanon sebagai peternak sapi perah.
Selain aneka kegiatan kesenian di atas, Festival Lereng Telomoyo 2019 juga dilengkapi dengan posko pelayanan kesehatan dan fisioterapi untuk melayani warga dengan kerjasama dari Ikatan Apoteker Indonesia. 

Di tengah-tengah kemeriahan Festival Lereng Telomoyo 2019, ada satu sosok yang seolah menjadi magnet dan memancing perhatian pengunjung. Dia adalah Trisno, pemuda asli dusun Tanon yang menjadi warga pertama yang berhasil menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi. 

Tetapi bukan hanya karena itu pemuda kelahiran Tanon 38 tahun yang lalu ini menjadi sosok yang inspiratif di desanya. Trisno adalah sosok penerima Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards di tahun 2015. 

Waktu diskusi pengunjung festival bersama Trisno, Astra dan Perhumas.
Siang itu saya bersama rombongan dari Astra dan Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) menikmati hidangan hasil masakan ibu-ibu yang lezat, sembari mendengarkan cerita dari TrisnoSang Ikon kebanggaan Desa Menari tentang desanya.  

KISAH CINTA TRISNO DAN TANON

Trisno, pemenang penghargaan SATU Indonesia Award 2015
Trisno dalam bahasa Jawa berarti cinta. Rupanya nama yang melekat pada dirinya juga membuahkan perasaan cinta yang dalam pada tanah kelahirannya, dusun Tanon. Cerita panjang menyertai perjalanan Trisno dan Tanon hingga dikenal sebagai Desa Menari seperti sekarang. 

Warga Tanon turun temurun menetap di dataran tinggi dan dikenal sebagai petani dan peternak. Dusun ini di zaman dulu bahkan terhitung sebagai wilayah yang terbelakang. Namun kondisi yang serba terbatas tidak menyurutkan semangat Trisno untuk maju. 

Sejak SMA Trisno sudah gemar membaca buku-buku yang membuat dirinya termotivasi untuk meningkatkan kapasitas dan menyadarkan dirinya akan pentingnya pendidikan. 

“Hal itu membuat saya bercita-cita meraih pendidikan setinggi mungkin. Bahkan sekarang saja saya masih ingin menempuh studi lebih lanjut jika waktu dan keadaan memungkinkan,” tutur Trisno. 

Trisno berprinsip: Pendidikan adalah salah satu pilar atau pemicu untuk kemajuan masyakarakat. 

Orang tua Trisno, mendorong semua anaknya untuk menempuh jenjang pendidikan maksimal mungkin dan semampu yang bisa diraih. Dukungan dari orang tua Trisno tetap kuat meski lingkungan sekitar tidak mendukung. 

Berkat dukungan dari orang tuanya, Trisno kemudian menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta pada tahun 2005. 

Kecintaan Trisno pada desanya tak pernah luntur meskipun telah mengecap kehidupan kota semasa kuliah. Justru tekadnya untuk kembali ke desa dan membangun desanya semakin hari semakin menguat. 

Trisno menyebutkan tahun 2006 adalah tahun pertama dia mencoba program pemberdayaan desa. 

Sesuai dengan niatnya untuk kembali setelah belajar di kota, di tahun 2006 itu Trisno kembali ke desa dan memulai langkah pemberdayaan di wilayah kecamatan Getasan dan Ampel. Fokus Trisno adalah masuk dari bidang peternakan, karena profesi masyarakat setempat adalah petani dan peternak. Niat Trisno adalah memasukkan keilmuan yang didapatnya dari kampus ke lini peternakan rakyat. 

Kegiatan pemberdayaan ini berjalan selama tiga tahun, dan selama kurun waktu tersebut berhasil mendatangkan program-program CSR (Corporate Social Responsibility) dari pihak swasta dan juga telah berhasil berinteraksi dengan banyak pakar dari berbagai perusahaan. 

“Tetapi setelah saya eveluasi, saya merasa ada kegagalan meskipun oleh orang luar tampak berhasil,” tutur Trisno. 

Rupanya apa yang sudah ada dirasa tidak sesuai dengan konsep Trisno yang ingin membangun sebuah laboratorium sosial. Maka di tahun 2009 Trisno mulai menginisiasi kegiatan yang sesuai dengan konsepnya dengan cara melakukan konservasi profesi asli masyarakat petani dan peternak, dolanan tradisional, dan kesenian lokal. 

“Saya miris karena profesi-profesi asli masyarakat di desa kehilangan generasi penerus. Anak muda jarang yang mau meneruskan profesi orang tuanya.” 

Trisno harus mencari cara agar anak-anak muda mau kembali ke kampung halamannya.

PENDEKATAN WISATA UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Trisno bersama rombongan dari bidang kesehatan yang mendukung kegiatan festival.
Berdasarkan keprihatinan itu Trisno akhirnya menemukan konsep yang cocok untuk Tanon, yaitu dengan pendekatan wisata. Jika desa diibaratkan sebuah rumah, salah satu pintu masuk yang efektif menurut Trisno adalah dengan wisata. Hal ini dipelajari Trisno setelah sebelumnya merasa gagal masuk ke jantung ekonomi masyarakat petani dan peternak. Wisata adalah pintu masuk untuk memberdayakan masyarakat dari berbagai sisi. 

Melalui pendekatan wisata, kegiatan pemberdayaan di wilayah Tanon mulai berjalan, hingga di tahun 2012 warga berkomitmen bergabung untuk bersama-sama mengembangkan desa menjadi lebih terbuka dengan pendekatan wisata. Semakin hari masyarakat semakin merasakan manfaat berkembangnya dusun secara ekonomi, sehingga semakin banyak juga partisipasi masyarakat yang didapatkan. 

Warga Tanon mengembangkan wisata berbasis konservasi, yang artinya berbasis pelestarian atau perlindungan. Pendekatan ini berbeda dengan wisata di tempat lain pada umumnya, yang biasanya membangun obyek-obyek untuk wisata. Di Tanon, seluruh aktivitas masyarakatlah yang menjadi daya tariknya. Kegiatan masyarakat yang melakukan aktivitas sehari-hari seperti bertani, beternak, termasuk dolanan tradisional, dan pasar rakyat adalah yang dijual kepada pengunjung. Konsekuensinya jika tidak ada jadwal kunjungan, dusun Tanon terlihat sepi. 

Pendekatan pariwisata ini dipilih karena karakternya bersifat ke dalam dan ke luar. Yang pertama pariwisata bersifat ke dalam artinya memberikan pemasukan. Masukan yang dimaksud Trisno bukan semata-mata ekonomi, tetapi berarti membuka akses bagi masyarakat Tanon. Dengan berinteraksi dengan pihak luar, wawasan masyarakat bisa berubah dan berkembang, tetapi tetap mengonservasi aktivitas-aktivitas lokal. 

“Paket-paket wisata yang dijual di sini adalah paket-paket aktivitas yang biasa dilakukan masyarakat sehari-hari.” 

Karakter pariwisata yang kedua adalah bersifat ke luar, sehingga masyarakat bisa berpromosi hingga ke luar wilayah Tanon. Perkembangan teknologi juga telah dirasakan sebagai sarana untuk memperluas cakupan informasi mengenai Tanon, melalui sosial media semakin banyak pihak yang mengetahui tentang kegiatan di Tanon. 

Secara bertahap setelah melakukan pendekatan wisata, masyarakat Tanon mulai mengalami perubahan. 

KEBERSAMAAN ADALAH MODAL UTAMA 

Kemajuan bertahap di Desa Menari hasil gotong royong banyak pihak.
Sejak awal jika ditanya, dari mana mendapatkan dana untuk memajukan desa? Trisno selalu yakin untuk berusaha mandiri. Prinsip Trisno adalah “tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah”. 

“Kita bukannya anti bantuan. Tapi kita ingin ketika diberi bantuan dari pihak manapun itu, karena mereka memandang kita layak untuk dikembangkan, bukan karena kita meminta belas kasihan.” 

Trisno terus menggelorakan semangat untuk mandiri itu kepada masyarakat. Diawali dari modal 200 ribu rupiah, yang diwujudkan dalam bentuk lincak (kursi) sebagai tempat warga berkumpul, dusun Tanon semakin berkembang. 

“Intinya adalah semangat gotong royong. Ibaratnya siapa yang punya bambu menyumbang bambu, yang punya tenaga menyumbang tenaga,” jelas Trisno mantap. 

Semangat gotong royong ini diperlukan, karena pemberdayaan tidak bisa dilakukan sendirian. 

Trisno bersama masyarakat kemudian membranding Tanon menjadi “Desa Menari” yang memiliki dua arti. Arti yang pertama karena masyarakat Tanon adalah pelestari kesenian tari. Kegiatan menari adalah hobi kolektif atau aktivitas yang menyatukan warga masyarakat.

Menebar Harmoni Merajut Inspirasi Menuai Memori: MENARI
Menari dalam arti yang lebih luas adalah akronim dari “Menebar Harmoni Merajut Inspirasi Menuai Memori”. 

Trisno menjelaskan, Desa Menari Tanon menyediakan wisata nostalgia, budaya, dan pembelajaran

Masyarakat yang datang ke Tanon bisa merasakan harmoni atau keselarasan, melalui interaksi dengan warga masyarakat dan alam di sekitarnya. 

“Orang kota yang datang ke Tanon bisa kembali ke ritme kehidupan masyarakat desa dan slowing down, lebih lambat. Jadi bisa bergerak seiring dengan irama alam yang lembut namun kuat,” ujar Trisno. “Kalo di Jakarta harus bayar mahal. Di sini cuma beraktivitas dengan masyarakat, sudah bisa rileks.”

Apa yang dilakukan oleh Trisno bersama warga masyarakat sejak tahun 2012 terus mengkristal, dan terjawab di tahun 2015. Kegiatan yang dilakukan dengan penuh kegigihan bersama ini akhirnya dilirik oleh Astra. Trisno mewakili masyarakat dusun Tanon mendapatkan penghargaan SATU Indonesia Award kategori lingkungan oleh PT Astra International, Tbk. 

Munculnya sosok Trisno sebagai pemenang penghargaan dari Astra membuat nama Tanon ikut dikenal khalayak luas. Di tahun berikutnya Desa Menari Tanon juga menjadi Kampung Berseri Astra yang pertama di Jawa Tengah. 

SENTUHAN ASTRA DI DESA MENARI


Kampung Berseri Astra (KBA) merupakan program Kontribusi Sosial Berkelanjutan Astra yang diimplementasikan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan yang mengintegrasikan empat pilar program yaitu Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan dan Kesehatan. 

Wiwik Setyowati, Manager Environment and Social Responsibility Division PT. Astra International Tbk menjelaskan bahwa selama ini Astra melakukan pemilihan desa yang layak untuk dijadikan KBA dengan cara Social Mapping

Social Mapping atau pemetaan sosial adalah proses penggambaran masyarakat secara sistematik melalui pengumpulan data dan informasi tentang masyarakat tersebut. Keberhasilan program-program pemberdayaan masyarakat dan CSR bisa dibilang ditentukan oleh ketepatan dalam melakukan social mapping ini. 

Dijelaskan oleh Wiwik bahwa bagi Astra setiap KBA itu berbeda dan memiliki ciri khasnya masing-masing. Sampai saat ini Astra selalu mencari desa-desa yang cocok untuk dikembangkan salah satunya dengan cara bekerja sama dengan pemerintah pusat, melalui Kemendes yang memiliki data yang mengerucut sampai ke bawah. 

Desa yang dipilih oleh Astra tidak hanya yang siap secara fisik, tetapi yang paling penting adalah kesiapan dari SDM (Sumber Daya Manusia) di desa. “Mereka harus siap untuk maju,” jelas Wiwik. 

Untuk di dusun Tanon, Astra mengambil pendekatan awal dengan mencari seseorang sebagai simbol atau tokoh yang bisa diajak untuk membesarkan kampungnya. Dengan adanya tokoh dari masyarakat sendiri, sebuah desa bisa bertransformasi menjadi desa yang lebih sejahtera. 

Dari sanalah, Astra bertemu dengan Trisno. 

Disebutkan Trisno, kehadiran Astra di Desa Menari mempercepat perkembangan desa. Empat Pilar Program dari Astra berjalan seirama dengan Tanon, yang meskipun sederhana, terus berkembang tanpa melupakan kearifan lokal. 

Untuk bidang pendidikan, melalui program Beasiswa Astra Lestari, 36 anak dusun Tanon mendapatkan beasiswa mulai dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Sosok Trisno juga menjadi role model bagi anak-anak untuk bersekolah setinggi-tingginya. 

Trisno sendiri sejak awal fokus pada program-program pendidikan non formal, antara lain diskusi dan kerja sama dengan perguruan tinggi untuk kegiatan di desa seperti pertanian. Dengan metode ini, warga desa bisa berinteraksi dengan berbagai pihak untuk mendapatkan pengetahuan. 
Kebun warga dusunTanon
Untuk program kesehatan, gerakan pemeriksaan kesehatan gratis, dengan cara jemput bola ke pertemuan-pertemuan warga dilakukan. Warga diberikan layanan cek kesehatan seperti asam urat dan kolesterol. Posbindu (Pos Pembinaan Terpadu) juga didirikan untuk memberikan layanan pencegahan penyakit tidak menular. 

Dari sisi kewirausahaan, dengan semakin majunya Desa Menari, seluruh aktivitas masyarakat dapat menjadi obyek wisata yang memberikan pemasukan. Sebagai desa wisata, rumah-rumah warga disiapkan menjadi homestay. Trisno mengatakan bahwa hanya rumah-rumah yang dihuni oleh keluarga saja yang bisa dijadikan homestay. Hal ini agar sesuai dengan konsep Desa Menari bahwa setiap pengunjung bisa merasakan kehidupan desa senatural mungkin. 
Rumah-rumah warga menjadi Homestay

Di bidang lingkungan, penataan zonasi, pembenahan lokasi untuk pasar rakyat juga mendapatkan dukungan dari Astra. Termasuk penataan kawasan seperti tempat untuk outbound dan penataan homestay. Astra juga melakukan upaya konservasi mata air untuk wilayah Tanon. 

PANGGUNG APRESIASI KESENIAN LOKAL

Tema Festival Lereng Telomoyo 2019 adalah Sumunaring Telomoyo dalam Mewujudkan Keseimbangan Hidup. Sama seperti kegiatan Festival Lereng Telomoyo yang pertama di tahun 2017, kegiatan Festival Lereng Telomoyo 2019 juga mendapatkan dukungan dari Astra, sebagai salah satu strategi untuk mengenalkan KBA ke khalayak yang lebih luas. 

Festival Lereng Telomoyo ini adalah kegiatan desa wisata dalam rangka mengonservasi dan memberikan panggung apresiasi bagi kesenian lokal agar tetap lestari, tumbuh dan berkembang. 

Menurut Trisno salah satu kunci kelestarian adalah kepedulian. Salah satu wujud kepedulian adalah dengan membiasakan generasi muda untuk berlatih mengenali tari-tarian. Melalui festival, generasi muda Tanon mendapatkan panggung untuk tampil, sekaligus mengenalkan aneka tari-tarian kepada masyarakat luas. 
Para pemuda penabuh gamelan, pengiring tarian.
Festival ini juga merupakan wujud keprihatinan Trisno akan kurangnya wadah apresiasi bagi kesenian tradisional. “Kesenian lokal banyak sekali tapi pada mati suri karena kurang panggung apresiasi.” 

Dampaknya, menurut Trisno, banyak ditemui seniman-seniman lokal melakukan “pentas jalanan”, dan mengamen di perempatan jalan.

Tata, bersama anak-anak yang sebelumnya menarikan Geculan Bocah ketika pentas di Festival Lereng Telomoyo
“Para seniman yang tampil di festival ini datang secara sukarela,” jelas Trisno. Bagi para seniman, bisa tampil di festival Lereng Telomoyo adalah satu bentuk apresiasi bagi karya yang tidak banyak disediakan di tempat lain. 

“Berkesenian adalah cara mereka untuk berbakti pada negeri dan kemajuan bumi pertiwi.” 
Perwakilan dari Astra, pemerintah, bersama Trisno dan anak-anak penari di Pembukaan Festival Lereng Telomoyo.
Seperti disampaikan dalam pidato sambutan dari Gubernur Jawa Tengah yang dibacakan di awal pembukaan Festival yang memberikan apresiasi kepada masyarakat Tanon atas kesengkuyungannya (kebersamaannya) dalam nguri-nguri budaya. Termasuk juga memberikan apresiasi kepada Astra yang terus berkomitmen untuk meningkatkan potensi masyarakat. Harapannya semua pihak terus berkarya, mengedukasi, mencintai NKRI, menjauhi hal-hal negatif demi bangsa yang makin maju dan bahagia. 
Perwakilan Gubernur Jawa Tengah membuka Festival Lereng Telomoyo 2019

KEBERHASILAN DALAM KESEDERHANAAN

Dengan aneka pembenahan dan program yang semakin berkembang, saat ini Desa Menari Tanon menerima 1500 – 3000 pengunjung setiap tahunnya. 

Namun bagi Trisno, bukan banyaknya jumlah pengunjung yang menjadi tolok ukur keberhasilan Desa Menari, melainkan adalah seberapa banyak nilai-nilai dari Tanon yang berhasil disebarkan kepada orang lain. 
Trisno bersama seniman dan pengunjung festival berbaur menjadi satu.
Trisno menekankan kepada masyarakat bahwa siapapun yang hadir ke Tanon adalah guru. Jadi masyarakat juga bisa memetik ilmu dari setiap pengunjung, begitu pula sebaliknya. 

“Kami berharap dari satu titik (para pengunjung) bisa mengambil inspirasi dari Tanon ini meskipun dari hal yang sederhana. Dari hal itu diharapkan bisa muncul memori yang indah. Kearifan lokal bisa menjadi oase untuk meneduhkan jiwa.” 

Hal ini juga dijelaskan Trisno sebagai kunci mengapa Desa Menari Tanon bisa bertahan sampai saat ini. Sejak awal Desa Menari berusaha konsisten untuk selalu berpijak pada kearifan lokal. Hanya hal-hal yang melekat di tengah masyarakat saja yang diangkat menjadi paket wisata, dan sengaja tidak membuat obyek. 

“Berjalan alamiah saja, hal-hal keseharian yang dijual sehingga bisa bertahan,” jelas Trisno. “Tidak mengada-adakan, apapun yang kita lakukan mengacu pada apa yang bisa dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.” 

Resep lainnya adalah dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk berjalan dengan utuh dan mempertahankan semangat tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, berkarya lebih baik daripada meminta. 

Faktor ekonomi adalah hal yang penting dalam perkembangan suatu daerah. Sejak awal Trisno merasakan bahwa masyarakat sempat ragu apakah dengan apa adanya mereka bisa menjadi sesuatu. “Apa bisa dengan apa yang kita punya ini bisa maju?” Demikian keraguan warga. 

Trisno selalu berpesan: 

Lihatlah sesuatu yang sederhana dari sudut pandang yang berbeda. Lihatlah hal-hal yang sangat sederhana dari diri dan lingkungan kita dari sudut pandang yang berbeda, 

Lakukan dengan pendekatan dengan berbeda, nikmati prosesnya dan yakin hasilnya pasti akan berbeda. 

MENYIAPKAN GENERASI PENERUS

Senada dengan Astra, Trisno menyadari bahwa kesiapan SDM di Tanon baik dari segi pendidikan maupun partisipasi msyarakat adalah salah satu kunci terpenting sekaligus menjadi tantangan untuk keberhasilan Desa Menari. Tantangan lainnya adalah dukungan dari pemerintah dan kesiapan infrastruktur. Namun begitu tantangan terberat adalah bagaimana bisa menjaga konsep bahwa Desa Menari sebagai laboratorium sosial. Bukan pendapatan besar yang menjadi tolok ukur keberhasilan.

Untuk menjaga konsep ini tetap berjalan, masyarakat harus bisa berperan secara maksimal. Trisno mengatakan agar masyarakat mau berperan adalah dengan cara mengajak warga untuk aktif berorganisasi, dan juga dengan mencari "orang-orang kunci" di setiap titik. Trisno mulai membagi perannya dengan meregenerasi para pemuda untuk bertanggung jawab pada titik-titik aktivitas desa, seperti tim pasar rakyat, homestay, dan outbound.

"Sekarang saya hadir di sini memang sebagai figur (ikon), tapi kegiatan-kegiatan festival ini bisa berjalan dengan PIC -penanggung jawab-nya  sendiri-sendiri."  Dengan menggerakkan warga khususnya pemuda secara aktif, Trisno mulai menyiapkan generasi penerus bagi keberlangsungan Desa Menari.

Di tengah pesatnya kemajuan desanya, Trisno masih memiliki visi jangka panjang untuk Tanon. Visi Trisno dalam jangka panjang adalah ingin membentuk Perusahaan Sosial berbasis Kepala Keluarga. Tanon, lebih luas Ngrawan dan sebagainya dibayangkan Trisno bisa di manajemen seperti sebuah perusahaan. 

“Artinya seluruh potensi yang ada di desa menjadi potensi daya ungkit ekonomi. Kita tetap menjadi orang desa, berkegiatan ala desa tetapi termanajemen secara modern,” ujar Trisno. “Saya berharap kepemilikan saham di usaha yang berada di tengah tengah masyarakat dimiliki oleh setiap kepala keluarga yang ada di tengah-tengah masyarakat itu sendiri sehingga distribusi hasil dan manfaat betul-betul dirasakan setara oleh masyarakat Tanon dan sekitarnya.” 

KABAR BAIK DARI DESA MENARI 

Perkembangan profesi asli masyarakat pedesaan menghadapi tantangan yang tidak ringan. Desakan ekonomi kadang memaksa para pemuda meninggalkan desanya untuk mencari mata pencaharian baru. Hal ini juga disampaikan Trisno, bahwa ada paradigma yang tertanam bahwa dengan bekerja di luar desa, seperti di toko, atau pabrik, membuat penduduk desa merasa naik kelas. 

Namun satu hal yang terus diyakini Trisno bahwa kehidupan masyarakat desa dengan segala kesederhanaannya memiliki potensi untuk berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Kebudayaan dan pelestariannya bisa terus bergerak dinamis sesuai dengan kehidupan masyarakat modern dan perkembangan teknologi. 

Modifikasi yang dilakukan pada aneka jenis profesi, pada tarian-tarian, bukan berarti meninggalkan tradisi tapi menyelaraskan perubahan dengan tradisi, pakem dan aturan yang sudah ada. Dengan demikian, kehidupan asli, esensi dari profesi asli masyarakat desa tidak hilang, justru semakin lestari dari generasi ke generasi. 

Kehidupan masyarakat desa dengan profesi dan kegiatannya bisa tampil harmonis di tengah-tengah masyarakat yang semakin modern. 
Pemuda pelestari seni tradisi, mengenakan kostum tari Topeng Ayu, selepas pentas. 
Hari itu di Desa Menari Tanon, para pengunjung bisa melihat banyak hal-hal baik dari kehidupan masyarakat desa yang bisa kita ambil pelajaran dan dijadikan inspirasi. Seperti ajakan dari Perhumas, untuk "membangun narasi yang baik", menuliskan cerita tentang Trisno dan Tanon adalah salah satu upaya untuk mengabarkan kabar baik itu kepada lebih banyak pihak.

Sungguh sebuah kabar baik, dengan melihat perkembangan Desa Menari, dan semakin bertambahnya partisipasi masyarakat, tidak hanya dari para orang tua, tetapi juga dari anak-anak dan para pemudanya, harapan kita bangkit bahwa profesi masyarakat desa dan kesenian tradisi akan tetap lestari, tidak hanya bagi dusun Tanon, tapi juga bagi seluruh negeri.

Seperti semangat Trisno: 

“Mengabdi pada tanah kelahiran sama dengan mengabdi pada Indonesia.” 

Tarian Topeng Ayu
Tarian Topeng Ayu yang ditarikan oleh pemuda pemudi Tanon mengakhiri kunjungan saya di dusun Tanon. Matahari mulai tergelincir ke Barat. Rasanya ingin kembali ke desa ini untuk menyatu dengan denyut kehidupan masyarakat pedesaan yang asri, merasakan keramahan masyarakat desa yang menyambut kita bak saudara.


Seperti syair yang dinyanyikan dalam tarian Topeng Ayu: 

Muda-mudi ing Dusun Tanton Paring hiburan 
(Pemuda dan pemudi di desa Tanon memberikan hiburan)
Mugo-mugo tambah seduluran 
(Semoga menambah saudara)


Dari KBA Desa Menari Dusun Tanon, Sejahtera Bersama Bangsa 

#KitaSATUIndonesia #IndonesiaBicaraBaik #LFAAPA2019SEMARANG

Sosial Media Desa Menari Tanon:
IG @desawisatamenari

Foto-foto: Dokumentasi Pribadi

Tuesday, October 8, 2019

Jadikan Dapur Tempat Aman Bersama Mebo dan Mederma


Memasak bagi sebagian orang adalah kewajiban semata. Apalagi buat ibu-ibu, terkadang memasak rutin untuk keluarga bisa menjadi beban yang melelahkan. Kalau saya berusaha selow untuk urusan dapur. Meskipun suka masak, jika waktu terbatas cukuplah memasak menu sederhana, yang penting bisa menambah gizi keluarga. Kalau waktu cukup longgar, bisalah ditambah menu-menu yang agak rumit dibuat. Kalau lagi repot, tinggal beli makanan di luar. 

Anak-anak saya, keduanya laki-laki, juga saya biasakan mengenal dapur sejak dini. Awalnya mereka saya ajak bantu-bantu bikin kue atau roti. Kemudian tingkat kesulitan meningkat jadi merebus air, memasak telur, dan bikin roti bakar sendiri. Saya bersyukur sekarang di usia 9 dan 11 tahun, anak-anak bisa menyiapkan sendiri makanan sederhana. Dengan memasak anak-anak bisa berlatih inisiatif, kreativitas dan kemandirian. 

Saya sadar kalau dapur bukanlah tempat yang sepenuhnya aman untuk anak-anak. Makanya mereka sejak dini saya peringatkan tentang hal-hal yang harus diwaspadai ketika berada di dapur. Seperti harus ingat mematikan kompor, berhati-hati supaya tidak menyentuh wajan atau panci panas termasuk juga apa yang harus dilakukan jika kulitnya terkena panas. Meskipun di dapur banyak benda-benda yang mengandung risiko bahaya, ada kok tipsnya supaya tetap aman buat keluarga. 

Cocok sekali dengan tema dari acara Mebo Mederma Women's Community di #Semarang dengan tema “Regrets Comes Later” Bebas Beraktivitas di Rumah dengan Meminimalkan Risiko Luka Bakar Ringan. Acara yang diselenggarakan #Combiphar ini diadakan di Hotel Noormans Semarang pada 29 September 2019. 

Ibu Dyah selaku Manager Activation PT Combiphar menyambut ibu-ibu anggota dari berbagai komunitas dan menyampaikan pentingnya tema kali ini karena yang namanya luka bakar itu sangat berpotensi terjadi di rumah. 

FACT: 
Prevalensi Luka Bakar di Indonesia sekitar 2,2% 
Artinya 2,2 % dari populasi di Indonesia mengalami luka bakar yang membutuhkan penanganan medis setiap tahunnya. 
69% kejadian luka bakar terjadi di rumah tangga dan 80%-nya bisa dicegah. 

Dari semua tempat di muka bumi ini, ternyata rumah juga menempati urutan pertama sebagai Tempat Kejadian Luka Bakar pada Anak: 

84% di Rumah  
8% di Luar rumah  
3 % di Jalanan
1% di Area perdagangan/ penjualan jasa
1% di Sekolah
3% di tempat Lain-lain 

Wah pas sekali di acara ini ada dokter Erythrina Permata Sari (dokter Ery) dari Divisi Bedah Plastik – Departemen Bedah RSUP Dr. Kariadi dan FK Universitas Diponegoro Semarang yang memberian informasi tentang Penanganan Luka Bakar Sehari-hari agar Bekas Luka Minimal, Brand Manager dari Mebo-Mederma: Ibu Hernita Astriani, S.Farm., Apt, dan Chef Andreas dari Noormans Hotel Semarang yang memberikan Tips Mengamankan Dapur plus resep memasak yang praktis dan lezat. 

Apa Itu Luka Bakar? 

Luka bakar adalah kerusakan yang disebaban oleh paparan suhu yang ekstrim (panas maupun dingin) sehingga menyebabkan kerusakan jaringan. 

Secara awam kita tahunya yang namanya luka bakar itu karena kulit kita terkena api. Ternyata ada beberapa hal lain yang bisa menyebabkan luka bakar juga yaitu: 

1. Api 
Di dalam rumah, sumber api utamanya berada di dapur. Meskipun kita harus mewaspadai juga api yang muncul karena rokok, api lilin, atau pembakaran sampah. Ini adalah pesan yang disampaikan dokter Ery untuk mengatasai bahaya api di dapur.


Sumber gambar: Google

2. Air panas (Scald Burn)
Kita jangan sampai lalai pada suhu makanan dan minuman yang disajikan untuk keluarga, jangan sampai mendidih atau terlalu panas.
Hal lain yang sering terlupakan adalah suhu air mandi untuk bayi. Selalu tes dulu suhu air di bak mandi untuk bayi atau anak dengan menggunakan punggung tangan kita. 

21,5% kejadian luka bakar disebabkan oleh air panas dan minuman panas 
57% dari kejadian Scald Burn terjadi pada anak-anak. 

3. Ledakan gas/ bahan mudah terbakar lainnya 

4. Sunburn/ panasnya matahari 
Hidup di iklim tropis dengan matahari bersinar sepanjang tahun membuat kita harus waspada dengan memakai pelindung kepala, pelindung wajah dengan suncreen ber-SPF cukup. 

5. Chemical burn atau karena bahan kimia 
Selalu gunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan karet, atau kacamata untuk menghindari terpapar obat-obatan kimia yang dipakai sehari-hari di rumah seperti obat pembersih kamar mandi. 

6. Therapeutic Burn misalnya dari tindakan operasi atau dari perawatan laser 

7. Listrik 
Jika terjadi kejadian sengatan listrik, jangan pernah mencoba menghentikan listrik / memberikan bantuan dengan tangan tanpa perlindungan/ isolator. 

Tata Laksana Luka Bakar Ringan 

Mengingat risiko yang besar akan luka bakar di rumah, khususnya di dapur, ada baiknya kita membekali diri dengan pengetahuan bagaimana jika terjadi luka bakar. Dokter Ery menjelaskan tentang Penanganan Luka Bakar Sehari-hari agar Bekas Luka menjadi Minimal. 

Pertama, hempaskan segala mitos tentang penanganan luka bakar yang tidak terbukti secara ilmiah kebenarannya. Kecap, margarin, pasta gigi, es batu, putih telur, bukanlah obat luka bakar. Seperti juga cerita dari Mbak Ika Puspitasari -seorang influencer-, yang pernah mengoleskan pasta gigi untuk luka bakar anaknya, mitos seperti itu perlu diluruskan.

Yang ada menurut pengalaman dokter Ery, ketika kulit yang terluka bakar sudah diolesi benda aneh-aneh, dokter akan sulit untuk membersihkan lukanya. Belum lagi risiko kontaminasi bakteri dan zat-zat kimia dari bahan-bahan tadi bisa mengakibatkan infeksi. 

Ini adalah Tata Laksana Luka Bakar Ringan yang disampaikan dokter Ery: 

1. Hentikan proses pembakaran (jauhkan dari sumber panas). Kemudian lepas semua perhiasan atau benda yang menempel pada tubuh (kaca mata, jam, kalung, gelang, cincin). Jika tubuh atau bagian tubuh terbakar api segera lakukan Stop-Drop-dan Roll. Atau jatuhkan tubuh ke permukaan tanah dan berguling-guling hingga api padam. 
Stop – Drop – Roll (jika tubuh terbakar api) 
Sumber gambar: Google
2. Dinginkan Luka selama 15-20 menit di air bersih yang mengalir. Suhu air cukup dingin tapi jangan gunakan air es. Air akan mencegah panas masuk ke dalam lapisan kulit lebih dalam lagi.  

3. Jangan oleskan bahan-bahan aneh bin ajaib seperti margarin ke luka karena bisa mempersulit penilaian kedalaman luka bakar. Luka bakar bisa menjadi lebih dalam dan sulit untuk dibersihkan. 

4. Bila terjadi gelembung tidak boleh sembarang dikelupas atau dipecahkan. Dokter akan mengelupas gelembung luka dengan alat dan kondisi yang steril. Jika gelembung pecah dengan sendirinya, biarkan apa adanya. 

5. Berikan balutan yang bersih dan longgar dan tidak lengket. Bisa memakai kassa steril atau kain tipis yang bersih.

Sumber: Instagram MeboCombiphar
 6. Jangan ditutup dengan tissue/ kapas karena bisa menempel pada luka dan susah dibersihkan.

7. Berikan Salep yang baik untuk luka bakar. Dokter Ery mengatakan penggunaan salep Mebo di tempat prakteknya untuk mengobati luka bakar. 

8. Bawa ke tempat layanan medis, khususnya untuk anak-anak, harus dibawa ke dokter, untuk memastikan kedalaman luka bakar. Dokter Ery sempat bercerita ada anak yang terlambat ditangani luka bakarnya, sehingga mengakibatkan pertumbuhan si anak terhambat. 

Hindari Penyesalan: Selalu Sedia Mebo dan Mederma 
Salep Mebo dan Mederma dari Combiphar

Pepatah (kekinian) mengatakan, yang namanya penyesalan itu datangnya belakangan, sebab kalau di depan namanya pendaftaran hehe. Sebagai orang tua, salah satu penyesalan saya karena dua anak saya punya bekas knalpot di betis mereka. 

Meski saya tidak termakan mitos dengan mengoleskan odol atau mentega ke luka anak-anak, tetap saja luka itu masih membekas sampai sekarang meski sudah dua tahun berlalu. Saya sendiri juga “berbakat” keloid. Jadi kalau kulit tergores sedikit saja, bisa meninggalkan goresan yang timbul.

Penyesalan saya persis dengan yang disampaikan Ibu Hernita selaku Brand Manager dari Mebo-Mederma, yang membuat beliau terinspirasi untuk mengadakan acara #mebomedermawomenscommunity di #Semarang kali iniJangan sampai nih, kita merasakan penyesalan karena kurang prepare dengan bahaya luka bakar dan luka.

Komplikasi akibat luka bakar adalah timbulnya bekas luka, infeksi dan kontraktur (luka parut yang berlebihan di daerah luka). Karena itu penting untuk menangani luka dengan tepat di masa krusial yaitu 4 jam pertama. 
Proses penyembukan luka bakar, sangat tergantung dari PERTOLONGAN PERTAMA yang diberikan. 
Waktu krusialnya adalah 4 JAM PERTAMA sejak kejadian. 
Sebelum luka yang ada bertambah parah dan terinfeksi. 


Mebo Salep Luka Bakar 

Luka bakar adalah kerusakan pada kulit yang sering disebabkan oleh panas dan bisa sangat menyakitkan hingga mengakibatkan gejala seperti: 

- Kulit memerah 
- Kulit mengelupas 
- Luka melepuh 
- Kulit hangus 
- Pembengkakan 



Untuk lebih paham kita perlu tahu Tipe-tipe dari Luka Bakar berikut ini:

1. SUPERFICIAL ciri-cirinya: Muncul Rasa Sakit, Painful, tidak ada pembengkakan, memerah. Saya baru tahu kalau luka bakar yang rasanya sakit/ perih itu berarti luka bakar yang ringan. 
2. PARTIAL THICKNESS ciri-cirinya: Melepuh, Lembab, ada rasa sakit 
3. FULL THICKNESS ciri-cirinya: Kering, Tidak berwarna/ pucat, tidak ada rasa sakit 

Derajat Luka Bakar



Nah, Salep Mebo hadir di Indonesia sejak 2006 sebagai pilihan terpercaya untuk luka bakar. Mebo dari #mebocombiphar tidak mengandung antibiotik kimia, terbuat dari bahan alami atau herbal. Bahan herbal yang ada di dalam Mebo adalah Phellodendri chinensis Coptidis rhizome, Scutellariae radix, Minyak Wijen dan Beeswax.

Mebo memberikan suasana moist (lembab) pada area luka sehingga mempercepat penyembuhan luka bakar.

Dalam Minyak Wijen terdapat kandungan β-sitosterol yang berfungsi mengurangi peradangan pada luka bakar seperti adanya pembengkakan, kemerahan, gatal, serta meredakan rasa nyeri. Selain itu minyak wijen dapat menyerap sisa panas pada area luka bakar, sehingga bisa mengurangi tingkat keparahan luka bakar. 

Kandungan lipid serta vitamin E dan K berfungsi sebagai sumber nutrisi yang dibutuhkan untuk sel-sel pada kulit serta menunjang pemulihan jaringan, sehingga mengurangi potensi timbulnya bekas luka. 


Cara pemakaian Mebo adalah dioleskan pada luka dengan ketebalan 1 mm (dioles tipis saja) setiap 4 – 6 jam sekali. 



Mederma Salep untuk Luka 

Seiring dengan fase penyembuhan, luka bakar akan menjadi parut atau skar. Parut atau bekas luka ini adalah proses alami dari tubuh untuk menutup luka. Sebagian besar cedera keseharian, misalnya luka iris, luka gores, luka abrasi atau luka bakar dapat dikatakan tidak berbahaya. Namun, bekas luka mungkin akan timbul jika luka tersebut terjadi pada lapisan kulit yang lebih dalam. 

Ada beberapa macam parut yang bisa timbul di kulit kita yaitu parut normal dan parut tidak normal seperti hipertrofik, keloid, dan hipotrofik. 

Proses penyembuhan luka sendiri ternyata tidak hanya bergantung dari seberapa luas atau dalam luka kita, tapi juga bergantung pada:
1. Usia
2. Jenis Kulit
3. Kondisi Hormonal
4. Lokasi luka
5. Komplikasi lainnya

Kita kan kepinginnya bekas luka hilang sepenuhnya dari kulit kita, atau setidaknya tersamarkan.  Intinya bekas luka akan lebih cepat memudar jika cepat ditangani. Untuk menyamarkan bekas luka kita membutuhkan pertolongan yang tepat, yaitu menggunakan Mederma dari #medermacombiphar

Mederma adalah Produk Pilihan untuk perawatan bekas luka oleh Dokter Indonesia 
(Sumber IMDI 2013)

Di Indonesia Mederma telah dipasarkan melalui #Combiphar sejak tahun 2002. Mederma secara signifikan membantu proses penyembuhan luka dalam 8 minggu pemakaian untuk bekas luka baru. (Hasilnya berbeda-beda di masing-masing individu)

Mederma tidak hanya bekerja di permukaan kulit tapi juga meresap dan memperbaiki bekas luka hingga ke bagian dalam kulit sehingga perawatan lebih efektif dan secara menyeluruh. Mederma juga terbukti efektif dan aman untuk kulit orang Asia, setelah dilakukan penelitian pada 26 pasien Asia pasca operasi Caesar, dan tidak ditemukan efek samping penggunaannya. 

Mederma aman pada kulit orang Asia.
Gel Mederma berbeda dengan gel silikon. Gel silikon hanya bekerja untuk menjaga kelembaban luka, sementara Mederma bekerja secara aktif di bawah lapisan dalam kulit yang terluka. 

Gel Mederma Vs Gel Silikon
Sumber: Materi Mebomederma Women's Community - Semarang "Regret Comes Later"

Gel Mederma mengandung bahan alami ekstrak Onion, Allantonin, dan Aloe Vera yang bermanfaat untuk: 
  • Mempercepat proses penyembuhan 
  • Mengurangi warna kemerahan 
  • Membuat luka lebih halus dan tersamarkan
Mederma digunakan segera setelah luka kering. Dan berikut adalah cara menggunakan Mederma untuk mendapatkan hasil maksimal. 
1. Mederma hanya digunakan ke luka yang sudah benar-benar tertutup (tidak ada lagi cairan). 
2. Dimulai dari tengah luka ke sisi luar, dan dipijat lembut pada luka.
3. Dilanjutkan dengan gerakan memutar kecil sampai Mederma diserap oleh kulit seluruhnya. 

Cara penggunaan Mederma
Sumber: Materi Mebomederma Women's Community - Semarang "Regret Comes Later"

Untuk luka baru: Gunakan 3 sampai 4 kali sehari selama sekurangnya 8 minggu. 
Untuk luka lama: Gunakan 3 sampai 4 kali sehari selama sekurangnya 3 sampai 4 bulan.

Amankan Dapur Kita

Siapa lagi yang paling mengerti apa yang harus dilakukan untuk keamanan dapur selain orang yang sehari-hari menghabiskan waktu berjam-jam di dalamnya. Seorang Chef bisa dibilang adalah orang yang tahu seluk beluk dapur dari A sampai Z. Chef Andreas dari Hotel Noormans Semarang bercerita bahwa di rumahnya, dapur adalah tempat rekreasi yang menyenangkan. Cocok sama saya yang menganggap dapur bisa menjadi wahana edukasi buat anak-anak. Nah, chef Andreas membagikan tips bagaimana kita bisa memahami tentang:  

1. Tata Laksana Dapur yang baik 
2. Menghindari/ meminimalisir terjadinya kecelakaan di dapur 
3. Memasak Makanan Praktis, Lezat dan Bergizi 

Tata Laksana Dapur 

Mengapa dapur ini menjadi tempat yang asyik tapi sekaligus penuh risiko? Jika kita lihat dari tiga hal saja dulu: Di dapur, ada api (kompor) ada alat listrik (microwave, oven), dan ada benda tajam (pisau). 

Singkatnya dapur adalah tempat berkumpulnya aneka peralatan dan benda-benda yang memiliki risiko membahayakan jika kita tidak hati-hati. Diantaranya Chef Andreas mengingatkan kita untuk berhati-hati pada benda-benda berikut ini: 

1. PISAU 
  • Simpan pisau di tempat yang aman. Pastikan bagian tajam tidak mengarah ke atas. Punya tempat dudukan pisau yang kokoh. 
  • Jauhkan pisau dari jangkauan anak-anak. 
  • Ketika memakai pisau, perhatikan posisi tangan. Bawa pisau di bawah lengan dalam agar tidak berisiko menusuk orang dari depan. 
  • Ketika memotong, pegang pisau dengan kuat/ mantap. Posisikan jari menekuk ke dalam sedemikian rupa agar tidak teriris pisau. 
  • Pastikan talenan yang dipakai tidak licin/ alasi talenan dengan kain supaya tidak mudah bergeser. 

2. KOMPOR 
  • Letakkan kompor di ruangan yang berventilasi baik. Jangan di ruang tertutup karena sirkulasi udara itu penting. 
  • Posisikan kompor di alas/ meja yang kokoh dengan tinggi sesuai dengan tinggi badan. 
  • Perhatikan juga kebersihan kompor. Burner kompor jangan dibiarkan kotor. Jangan remehkan tetesan minyak karena bisa memicu api yang besar. 
  • Perhatikan juga kondisi selang gas. Segera ganti jika terlihat retak atau bahkan tercium ada kebocoran. 

3. MICROWAVE 
  • Posisikan microwave di alas yang kokoh dan beri jarak dari tembok. 
  • Penyebab kebakaran microwave adalah penggunaan yang tidak tepat, yaitu dari alat-alat yang dimasukkan ke dalamnya. Jadi pastikan perangkat yang dimasukkan ke dalam microwave aman. Biasanya bisa dilihat di bagian piring/ mangkuknya, pastikan tidak ada lapisan tambahan di sekeliling piring. (Lihat juga label microwave safe yang biasanya ada di bawah alat makan) 
  • Jangan masukkan makanan kaleng langsung dengan kalengnya di microwave. Seringkali untuk alasan kepraktisan, tapi ini sangat berbahaya karena bisa meledak. Termasuk hindari penggunaan alumunium foil di microwave. 
  • Jaga selalu kebersihan microwave. Kerak-kerak yang timbul harus sering dibersihkan dengan lap lembut. 
  • Jangan letakkan benda-benda di atas microwave. Vas bunga atau foto keluarga diletakkan di atas meja saja ya. 

Hindari Kecelakaan di Dapur

Prinsip kehati-hatian diperlukan dan penting bagi kita untuk melakukan tindakan antisipatif Untuk Meminimalkan Risiko Kecelakaan di dapur. 

1. Awasi Anak-Anak 
Jangan biarkan anak-anak berada di dapur tanpa diawasi. Jangan sampai anak-anak berlari-larian di dapur. Kerabat saya pernah 80% tubuhnya melepuh gara-gara menaiki mobil-mobilan dan menubruk meja kompor sehingga air mendidih di dandang menumpahi tubuhnya. 

2. Hati-Hati Panas 
Sumber panas di dapur bukan hanya api kompor, tapi juga panci atau wajan panas, termasuk minyak panas dari penggorengan. Pastikan kita memakai peralatan yang tepat untuk memegang benda-benda yang bersuhu tinggi. Seperti lampin atau serbet kering. Jika membuka panci panas, pastikan tutupnya dibuka ke arah berlawanan dari muka kita. Jika memasak untuk mengurangi minyak panas terciprat, minimalkan dulu kandungan air di bahan makanan, misalnya menyerap air di ikan yang akan digoreng dengan kain. 

3. Fokus dan Jangan Panik 
Jangan memasak sambil mengerjakan hal lain seperti: mengoperasikan ponsel atau menggendong anak. Jika terjadi kebakaran atau api naik jangan panik. Sedia selalu lap tebal yang lembab, hingga bisa digunakan untuk memadamkan api. 

4. Sedia Alat Pemadam Api Ringan (APAR) 
Investasikan dana untuk membeli APAR. Karena APAR berisi bahan kimia, pastikan penggunaannya sudah sesuai dengan kondisi atau tingkat bahaya api. 

5. Lengkapi Kotak P3K dengan Mebo dan Mederma 
Selalu sedia obat yang tepat supaya bisa melakukan pertolongan pertama. 


Intisari dari berada di dapur adalah menghasilkan masakan yang dibuat dengan penuh kasih sayang untuk seluruh anggota keluarga kita. Dengan mengetahui tata laksana yang baik di dapur, dan bagaimana caranya meminimalkan risiko kebakaran, rasanya jadi lebih tenang mengajak anak-anak untuk ikut berkiprah di sana.

Chef Andreas memberikan resep Spaghetti yang mudah dibuat dan bisa dipraktekkan bareng anak-anak juga lho! Ini dia resepnya:

Resep Spaghetti Aglio E Olio ala Chef Andreas

Bahan-bahan: 
  • Spaghetti
  • Ikan Salmon
  • Kaldu Ikan
  • Krim
  • Jamur kancing (diiris-iris)
  • Tomat (iris sedikit bagian bawahnya supaya tidak menggelinding)
  • Daun Basil
  • Lemon
  • Bawang Putih
  • Garam dan Lada
  • Olive Oil

Cara Membuat:
  • Rebus Spaghetti di air mendidih yang sudah diberi garam dan dituang minyak selama 8 menit (al dente). Angkat dan sisihkan. 
  • Pan sear Ikan Salmon di wajan anti lengket dengan minyak zaitun (goreng bagian kulitnya di bawah lebih dahulu), kemudian pindahkan ke piring, dan matangkan di microwave. 
  • Tumis bawang putih di minyak bekas menggoreng ikan. Masukkan kaldu ikan dan krim. 
  • Masukkan tomat juga air lemon.  
  • Masukkan daun basil dan jamur.  
  • Sempurnakan rasa dengan garam dan lada.
  • Masukkan dan tumis spaghetti yang sudah ditiriskan ke dalam wajan.
  • Hidangkan bersama salmon. 

Hidangan super lezat dan sehat ini bisa dimasak dalam waktu 15 menit saja. Caranya sangat mudah dan praktis. Tapi jangan lupa ya, selalu sedia obat yang tepat untuk mengantisipasi luka bakar ringan dan luka yang mungkin terjadi di dapur kita, supaya kita dan anak-anak tetap aman beraktivitas bersama. 



Sediakan selalu Mebo dan Mederma di dalam kotak P3K di Rumah. 
Dapatkan di Century, Guardian, Watson, Apotik Kimia Farma, Apotik K-24 dan toko farmasi lainnya. Lebih baik sedia payung sebelum hujan, jangan sampai "Regret Comes Later".



Keseruan Acara Mebo-Mederma Women's Community di Semarang

Dapatkan informasi tentang Combiphar di:
Facebook: Combiphar Indonesia
Instagram: Combiphar

Referensi dan Sumber gambar: 
Materi Mebo Mederma Womens Community di Semarang dengan tema “Regrets Comes Later” Bebas Beraktivitas di Rumah dengan Meminimalkan Risiko Luka Bakar Ringan yaitu: 
Paparan dr. Erythriana Permata Sari 
Paparan Brand Manager Mebo-Mederma: Hernita Astriani, S.Farm., Apt.
Paparan Chef Andreas (Hotel Noormans Semarang)

http://mederma.combiphar.com
http://mebo.combiphar.com

Sumber gambar diedit dari:Freepik.com