Monday, December 31, 2018

Ketukan Asa Pengrajin Wayang Kulit Dusun Butuh Sidowarno


Di sudut Pasar Sidowarno, saya mengamati kegiatan jual beli yang mulai lengang, barangkali karena hari menjelang siang. Sebuah papan petunjuk desa peninggalan mahasiswa KKN terpampang di salah satu sisi pertigaan jalan. “Selamat Datang Desa Sidowarno, The Unique Village and The Hidden Potential” begitu tulisan yang terpampang di papan bercat biru tersebut. Saya bermaksud untuk menuju sebuah dusun di wilayah itu, yang baru saja dicanangkan sebagai Kampung Berseri Astra (KBA) karena potensinya sebagai pusat kerajinan wayang kulit. 

Tetenger Desa Sidowarno
Pasar Sidowarno adalah tempat janjian saya untuk bertemu dengan Baron, salah satu pengrajin wayang kulit di Dusun Butuh. Sebelumnya saya menempuh perjalanan hampir satu jam dengan menggunakan mobil dari pusat Kabupaten Klaten. 

“Mohon maaf sebelumnya kalau nanti rumah saya gedeg (rumah dari bambu). Karena tempatnya mblusuk (terpencil) nanti saya jemput di Pasar Sidowarno biar tidak nyasar (tersesat),” ucap Baron di telepon. 

Tak sampai sepuluh menit menunggu, Baron tiba dengan mengendarai sepeda motor. Mobil yang saya tumpangi kemudian menyusuri jalanan desa beraspal selebar empat meter yang lengang mengikuti Baron menuju rumahnya. Rumah dan bangunan lainnya seperti balai desa, dan rumah-rumah penduduk lebih banyak berada di sisi Timur jalan, sementara sisi yang lain ditumbuhi pepohonan. Itu adalah sisi yang berbatasan dengan sungai Bengawan Solo. Saya melewati bangunan sekolah dasar yang sepi karena sedang musim libur sekolah. Setelah lima menit berkendara, tibalah saya di sebuah tanah lapang dengan rumah-rumah yang berjajar di kedua sisinya. 

Papan petunjuk arah dalam dusun.

Pandangan saya langsung tertuju pada dua lembar kulit kerbau yang dijemur di tengah-tengah halaman. Sementara di dekatnya, seorang laki-laki sedang mengerok kulit kerbau yang dibentangkan dalam rangka bambu. 

Kulit kerbau dijemur di tengah-tengah halaman
Saya mengikuti Baron melangkah menuju salah satu rumah yang di terasnya ada sebuah meja dengan aneka peralatan seperti tatah, palu, dan sebuah wayang kulit setengah jadi. Spanduk bertuliskan “Sanggar Aruming Budaya” menyambut di dinding depan rumah. 

Sanggar Aruming Budaya

Sugeng rawuh, nyuwun pangapunten sakwontenipun (Selamat datang, maaf ala kadarnya),” sambut Baron kemudian ketika saya sudah duduk di dalam rumah. Gelas-gelas teh panas terhidang sembari kami berbincang. 

Saya mendapatkan nomor kontak Baron melalui Wahyu dari Astra Solo dan berkenalan dengan Baron lewat WhatsApp, tiga hari sebelumnya. Namun kehangatan dan keterbukaan Baron mengingatkan saya pada keramahan yang menjadi ciri khas masyarakat pedesaan. Percakapan dengan Baron kemudian berlangsung dengan menggunakan campuran bahasa Indonesia dan Jawa. (Saya menuliskan di sini terjemahannya dalam bahasa Indonesia.) 

Saya menatap ruang tamu yang luas, dengan lantai keramik yang dipenuhi wayang kulit yang sudah jadi, maupun setengah jadi. Rumah Baron, sama sekali bukan rumah gedeg seperti yang dia sebutkan di telepon. 

Berkenalan dengan Pengrajin Wayang Kulit 


Dusun Butuh adalah salah satu desa yang berada di Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Meskipun terletak dalam wilayah Kabupaten Klaten, Dusun Butuh sangat dekat dari kabupaten tetangganya, yaitu hanya berjarak sembilan kilometer dari pusat kabupaten Sukoharjo. Dari pusat Kabupaten Klaten Dusun Butuh berjarak 28 kilometer, sementara dari kota Solo, Dusun Butuh hanya berjarak kurang dari sepuluh kilometer. 

Desa Sidowarno ini adalah salah satu desa dimana banyak penduduknya berprofesi sebagai pengrajin. Seperti papan nama desa yang artinya “Desa yang Unik dan Menyimpan Potensi Tersembunyi”, desa ini menyimpan keahlian masyarakatnya yang sudah puluhan tahun menekuni aneka kerajinan. Selain wayang kulit, di Desa Sidowarno juga tersimpan kerajinan ukir, kerajinan kaligrafi, dan payet. Kerajinan kaligrafi di atas kulit kambing sudah dipasarkan sampai ke mancanegara. Begitupun kerajinan payet di atas baju pengantin, yang sudah dipakai oleh keluarga presiden RI ke-7 Joko Widodo ketika menggelar hajatan pernikahan. 
Sunardi Baron
Untuk kerajinan wayang kulit, Baron yang memiliki nama lengkap Sunardi Baron, menyebutkan setidaknya ada 75 pengrajin wayang kulit di wilayah Sidowarno, khususnya di Dusun Butuh. Baron sendiri bersama kedua saudaranya, Sukari dan Sunarto adalah keluarga pengrajin wayang. Profesi pengrajin wayang kulit memang telah berlangsung secara turun temurun di Dusun Butuh. Namun demikian bukan berarti hanya keturunan pengrajin yang bisa menjadi pembuat wayang kulit. Baron sendiri justru mendapatkan keahliannnya dari orang lain. 

Semua diawali dari tekad Sismiyanto Sutar, ayah Baron untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya. Sismiyanto meminta anaknya untuk tekun belajar membuat wayang. Meski tidak berprofesi sebagai pengrajin wayang, Sismiyanto ingin anak-anaknya memiliki keahlian tersebut. Sejak duduk di bangku Sekolah Dasar, sepulang sekolah Baron rutin belajar membuat wayang dari salah satu pengrajin wayang di dusun Butuh. 

“Bapak tidak ingin saya seperti dirinya. Bapak ingin saya lebih maju. Kalau saya malas, Bapak marah," tutur Baron. “Begitu semangatnya Bapak saya, waktu itu uang yang tidak banyak, sebagiannya dibelikan bahan-bahan untuk membuat wayang,” kenang Baron sedikit berkaca-kaca. 

Selepas belajar di Sekolah Menengah Pertama, Baron fokus untuk menekuni pembuatan wayang kulit hingga merantau ke Jawa Timur. Lima tahun merantau belajar membuat wayang, pria berusia 44 tahun ini kembali ke desanya. Meski demikian perjalanannya menjadi pengrajin wayang bukannya tanpa liku-liku. 

Setelah usahanya membuat wayang mulai mendapatkan hasil, Baron tergoda untuk bertani Buah Melon. Usahanya ini kemudian kandas karena hasil panenannya diambil pengepul tanpa dibayar setimpal. Setelah itu Baron kembali mencoba menekuni bidang lain yaitu menjadi peternak ayam. Kembali usaha ini berujung pada kerugian dan membuat Baron bangkrut karena ribuan ayamnya mati terkena penyakit. 

Setelah mengalami aneka kejadian itu, Baron kemudian kembali memantapkan tekadnya untuk menjadi pengrajin. Baron bersyukur bahwa ayahnya sangat disiplin dan keras mendorong Baron untuk belajar membuat wayang kulit. Terbukti kini membuat wayang adalah keterampilan yang bisa menjadi jalan rezeki untuk diri dan keluarganya. 

Mengenal Pembuatan Wayang Kulit 

Pertunjukan Wayang Kulit di Kabupaten Klaten (Sumber gambar: https://klatenkab.go.id/)

Wayang kulit adalah suatu pertunjukan yang diselenggarakan oleh masyarakat Jawa dan telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. Oleh karena itu, wayang kulit sudah dianggap sebagai tradisi atau kebudayaan Jawa, khususnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Wujud pertunjukannya berupa boneka wayang yang dibuat dari bahan kulit (biasanya kulit kerbau) yang diperagakan atau dimainkan oleh seniman wayang yang disebut dalang. Seluruh adegan pertunjukan diiringi oleh musik tradisional Jawa yang disebut gamelan. 

Dalang bertugas memainkan wayang sambil duduk bersila di depan layar yang disebut kelir sebagai latar belakang. Pagelaran wayang dapat juga disaksikan dari belakang layar sekalipun yang terlihat hanyalah bayang-bayang wayang. Layar berwarna putih disinari lampu khusus yang disebut blencong. Latar belakang ini disebut “pakeliran” atau oleh orang asing dinamai “shadow puppet”. Dengan demikian Wayang Kulit merupakan satu kesatuan dengan pertunjukan wayang, di mana wayang yang terbuat dari kulit, dalang, gamelan, merupakan satu kesatuan kesenian yang tidak dapat dipisahkan. 

Pada tahun 2003, pertunjukan wayang kulit telah diakui UNESCO sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity). 

Transformasi kulit menjadi wayang Arjuna.

Wayang kulit dibuat dari lembaran kulit yang ditatah, dibentuk, serta digambari dengan aneka macam warna, yang dalam tradisi Jawa disebut “disungging” dan dibentuk sedemikian rupa dengan lambang-lambang yang menyerupai wujud aslinya. Untuk wayang berwujud manusia sebagai tokoh-tokoh dalam cerita wayang dibuat dengan sudut pandang dari samping sehingga terlihat pipih. 


Sismiyanto mengerjakan pengerokan kulit kerbau.

Langkah-langkah yang harus ditempuh untuk membuat satu buah wayang kulit memang panjang. Dua lembar kulit kerbau yang dijemur di halaman adalah proses awalnya. Setelah melalui proses perendaman dan penjemuran, kulit yang masih ditempeli bulu tadi harus dikerok terlebih dahulu. Untuk itu kulit dibentangkan dengan tali pada kerangka bambu. Setelah kulit bersih dari bulu, kulit direndam lagi di aliran sungai Bengawan Solo yang hanya berjarak beberapa puluh meter dari rumah Baron. 
Kulit yang sudah dipotong seuai pola, dipentheng pada papan kayu.
Setelahnya kulit dijemur dengan cara dipentheng atau dijemur dengan cara dibentangkan menggunakan paku di atas papan kayu. Biasanya kulit yang dipentheng ini sudah dipotong sesuai model wayang yang akan dibuat. Paku-paku ditatahkan di sekeliling kulit untuk menjaga bentuk kulitnya tetap datar dan tidak bergelung. 
Perangkat menatah wayang
Sunarto menatah wayang
Selanjutnya kulit yang sudah dipotong seukuran wayang itu mulai digambar lebih detail, lalu ditatah sesuai dengan polanya. Bentuk wayang akan mulai tampak setelah proses ini. Proses selanjutnya adalah menyungging atau proses mewarnai. Baron mewarnai wayang kulitnya menggunakan kuas dan cat sablon. Untuk pesanan khusus, wayang kulit juga bisa diwarnai dengan pelapis emas. 

Sukari menyungging wayang dengan prada/ emas.
Bahan pewarna terbuat dari emas
Agar dapat berdiri tegak, kulit yang sudah ditatah dan diwarnai tadi diberi apitan (gapit) dari cempurit yang terbuat dari tanduk. Ujung-ujung tangannya diberi hulu (tuding) terbuat dari tanduk, berguna untuk menggerakkan bagian tangan wayang saat dimainan oleh dalang. Karena bahan baku tanduk yang cukup mahal, mencapai ratusan ribu sebuah, terkadang gapit dibuat dari kayu sejenis rotan. 

Gapit rotan (kiri berwarna coklat muda) dan Gapit dari tanduk (berwarna hitam)

“Membuat wayang tidak mudah, prosesnya panjang, tidak bisa cepat selesai, dan belajarnya juga lama,” ucap Baron. 

Karena itu Baron memahami jika anak-anak muda semakin jarang yang mau berprofesi sebagai pengrajin wayang kulit. Mereka lebih memilih untuk bekerja di tempat-tempat usaha yang banyak berada di sekitar Dusun Butuh. Wilayah Sukoharjo dan Solo Baru yang berbatasan langsung dengan desa memang merupakan pusat industri dan komersial dengan berdirinya pabrik-pabrik dan pusat perbelanjaan. Dekatnya tempat kerja dari rumah, dan kepastian gaji yang didapatkan setiap bulannya, membuat para pemuda lulusan setingkat SMP atau SMA lebih memilih menjadi karyawan. 

Aneka wayang setelah ditatah, sebagian merupakan pesanan dari Jawa Timur.
Menurut Baron, untuk bisa mengetahui dasar-dasar pembuatan wayang, seseorang setidaknya harus belajar setidaknya selama lima bulan secara intensif. 

“Meskipun belajarnya lama, penghasilan yang didapat dari membuat wayang bisa lebih baik dibandingkan gaji di pabrik. Dan buat saya, kebebasan mengatur waktu sendiri adalah salah satu keuntungan yang tidak bisa didapatkan kalau saya kerja di pabrik.” Demikian ungkap Baron. 

Kini melalui sanggar wayang kulit Aruming Budoyo miliknya, selain menerima pembuatan wayang kulit untuk pertunjukan, Baron juga membuat aneka bentuk modifikasi wayang seperti hiasan dinding, kaligrafi dan gantungan kunci untuk suvenir. 

Aneka suvenir gantungan kunci berbentuk wayang
Wayang kulit buatan Baron dijual mulai dari 400 ribu rupiah hingga jutaan rupiah. Satu buah wayang kulit jug bisa berharga sampai belasan juta rupiah tergantung ukuran dan hiasan akhirnya. Wayang berlapis emas, atau prada tentunya lebih mahal dibandingkan wayang dengan cat biasa. Baron juga pernah membuat wayang berukuran dua meter. Semua dibuatnya sesuai dengan permintaan pelanggan. 

Baron dan cetakan ukuran wayang kulit setinggi dua meter yang pernah dibuatnya.
Wayang kulit bisa dibuat dalam pelbagai ukuran, mulai dari yang disebut Baron sebagai “Caperan” dengan ukuran tinggi sekitar 20 sentimeter, wayang “Kidang Kencanan” yaitu wayang berukuran sedang yang biasa dimainkan oleh dalang anak-anak, dan wayang ukuran biasa. 

Waktu pembuatan wayang kulit bervariasi, tergantung tingkat kesulitannya. Rata-rata satu wayang ukuran biasa bisa diselesaikan dalam waktu dua minggu sampai satu bulan. 

Setelah kurang lebih 30 tahun menekuni usaha pembuatan wayang kulit, konsumen Baron kini tersebar dari Jawa Timur hingga Jakarta. Baron juga rutin mengikuti pameran, salah satunya pameran tahunan Jateng Fair yang diadakan di Semarang. Meskipun sementara ini konsumen langsungnya adalah orang Indonesia, Baron diberi tahu bahwa beberapa wayang hasil karyanya dibawa keluar negeri sebagai hadiah atau suvenir. 

“Saya sendiri tidak tahu wayang saya sudah sampai mana saja. Sementara saya masih di desa sini saja,” gurau Baron. 

Terkadang Baron mendapat pesanan wayang yang cukup banyak dan harus selesai dalam waktu singkat, misalnya untuk memenuhi kebutuhan pentas wayang. Untuk memenuhi pesanan seperti itu, Baron bekerja sama dengan rekan pengrajin wayang kulit lain yang tergabung di dalam KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yang diberi nama KUBE Bima. 

Kanan: Anggota KUBE Bima berfoto bersama ASTRA
Kiri:  Andika Jagad Putu, putra sulung Baron sewaktu kecil
Pada tahun 2010 anggota KUBE Bima mencapai puluhan orang. Saat ini anggota KUBE Bima  menyusut hingga belasan orang. Namun Baron tetap optimis bahwa keberadaan KUBE akan mampu mendorong kemajuan pengrajin wayang di desanya. 

“Di KUBE kami bersama-sama bekerja untuk memajukan desa lewat usaha pembuatan wayang kulit. Kuncinya adalah mau bekerjasama.” 

Peran Astra untuk Pengrajin Wayang 


Baron memang tidak sendiri menekuni profesi sebagai pengrajin wayang kulit di Dusun Butuh. Wayang kulit dari Butuh dikenal berkualitas baik sehingga banyak disukai dalang untuk digunakan dalam pentas wayang. 

“Kalau kualitas wayangnya jelek, tidak enak dipakai ndalang. Misalnya buat sabetan, rasanya tidak nyaman dipakai.” 

Dari kiri ke kanan: FX Nanang (ASTRA), Sunardi Baron, Wahyu (ASTRA) ketika Pencanangan Kampung Berseri Astra

Potensi kerajinan wayang yang berkualitas ini disambut baik oleh PT Astra Internasional (ASTRA) dengan mencanangkan Dusun Butuh sebagai Kampung Berseri Astra (KBA) ke 74 se-Indonesia dan yang ke-2 di Jawa Tengah. Disampaikan Baron, keberadaan KUBE menjadi salah satu pertimbangan mengapa ASTRA memilih Dusun Butuh sebagai KBA. 

Pencanangan KBA sendiri merupakan program Corporate Social Responsibility (CSR) ASTRA untuk desa-desa di seluruh Indonesia yang dinilai memiliki potensi tertentu. Potensi-potensi yang ingin dikembangkan ASTRA melalui KBA beragam, yaitu: 

1. Kampung Wisata, yaitu kampung yang menunjukkan suasana asli perkampungan dari aspek sosial ekonomi, budaya, adat istiadat dan keseharian. 
2. Kampung Hijau, yaitu perkampungan dengan lingkungan hijau yang asri dan sehat, dengan penerapan program pelestarian lingkungan dalam segala komponen baik sosial ekonomi, pendidikan, budaya, dan kesehatan masyarakat. 
3. Kampung Produktif, yaitu konsep kampung mandiri yang mampu memenuhi kebutuhan sendiri melalui kegiatan produktif dan menjadi pusat pembelajaran 
4. Kampung Cyber, yaitu kampung modern dengan pemanfaatan teknologi informasi dalam setiap komponen kehidupan kampung terkait administrasi, interaksi sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya. 
5. Kampung Budaya, yaitu kampung yang melestarikan dan mengembangkan potensi adat, tradisi, kesenian, kerajinan, arsitektur, dan tata ruang yang nyata dalam kehidupan sehari-harinya. 

Melalui Program KBA, Astra memberikan kontribusi sosial berkelanjutan kepada masyarakat dengan konsep pengembangan empat pilar program yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, dan kewirausahaan.

Baron bercerita bahwa, Koordinator Wilayah Grup Astra Solo, FX Nanang pernah menyampaikan dalam acara Pencanangan KBA pada bulan Agustus 2018 lalu, bahwa Astra ingin mengangkat sisi budaya di Dusun Butuh, sehingga harapannya Dusun Butuh bisa menjadi destinasi wisata untuk para turis. 

Kedekatan Dukuh Butuh dengan kota Solo merupakan keistimewaan tersendiri karena Solo dikenal sebagai pusat kebudayaan Jawa, yang memiliki dua keraton yaitu Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Selain itu kabupaten Klaten juga merupakan daerah perlintasan untuk menuju Yogyakarta, yang dikenal juga sebagai pusat kebudayaa dan sebagai tujuan wisata populer di Indonesia. 

Dengan pencanangan Dusun Butuh sebagai KBA, Astra akan memberikan dukungan berupa program-program yang disesuaikan dengan kebutuhan warga setempat. FX Nanang menyampaikan bahwa bantuan bisa berupa sarana, pelatihan, alat-alat yang dibutuhkan untuk membuat atau mempromosikan produk-produk pengrajin. 

Diharapkan di kemudian hari usaha masyarakat khususnya kerajinan wayang kulit semakin maju. Untuk itu ditargetkan dalam dua atau tiga tahun ke depan potensi yang ada khususnya kerajinan wayang kulit di Dusun Butuh bisa menjadi percontohan dan kebanggan masyarakat. 

Harapan dan upaya Astra itu seiring dengan asa Baron, dan juga pengrajin wayang kulit di Dusun Butuh yang ingin desanya semakin maju. 

“Kalau desanya makin maju, anak-anak muda juga akan makin bangga kerja jadi pengrajin di desa. Anak-anak muda sekarang sukanya kerja di pabrik.” 

Keprihatinan Baron bisa dikatakan mewakili kegelisahan para pengrajin wayang akan penerus keterampilan mereka. Hal ini juga menjadi salah satu yang menjadi perhatian ASTRA yaitu kurangnya regenerasi pengrajin wayang kulit di dusun Butuh. 

Setelah desanya dicanangkan sebagai KBA, Baron berharap ASTRA bisa menjadi kepanjangan tangan para pengrajin untuk semakin mengenalkan Dusun Butuh dan potensinya. 

Mewariskan Ilmu 


Demi keberlanjutan kerajinan wayang kulit di desanya, Baron bertekad untuk mengajarkan keterampilannya ke sebanyak mungkin orang, diawali dari keluarganya sendiri. Untuk mewariskan ilmu pembuatan wayang kulit, Baron sudah mulai melatih anak sulungnya, Andika Jagad Putu yang kini duduk di kelas sembilan. Anak perempuannya, Kanaya, yang masih balita nantinya juga akan diajari membuat wayang kulit. Menurutnya siapapun bisa belajar membuat wayang. Tak terbatas usia dan jenis kelamin. 

Perempuan juga bisa belajar membuat wayang kulit
“Anak-anak SD kelas tiga atau empat sudah bisa mulai dilatih membuat wayang kulit,” tutur Baron. “Saya menerapkan disiplin seperti Bapak dulu untuk anak saya. Meski anak-anak sekarang penanganannya beda dengan zaman dulu.” 

Menurut Baron, anak muda sekarang tidak bisa dipaksa. Agar mau belajar membuat wayang kulit, kuncinya adalah menanamkan kecintaan mereka terlebih dahulu terhadap wayang. Dan salah satu kunci untuk bisa membuat anak muda mencintai wayang adalah mengemas cerita-cerita wayang kulit sedemikian rupa agar menarik generasi muda. 

“Waktu ada film Mahabarata di televisi, pesanan wayang Pandawa, khususnya Arjuna meningkat.” Menurut Baron ini adalah salah satu bukti berhasilnya tayangan tersebut untuk menarik minat masyarakat luas terhadap tokoh-tokoh wayang. Dengan tampilan kemasan pertunjukan yang bagus, dengan memanfaatkan teknologi masa kini, anak-anak bisa diarahkan untuk menjadi semakin mengerti jalan cerita wayang. 

Anak-anak bisa mendapatkan manfaat dari belajar membuat wayang kulit
Belajar membuat wayang kulit juga memiliki sejumlah manfaat. Anak-anak yang belajar membuat wayang kulit, menurut Baron akan mampu memperluas wawasan dan menambah pelajaran budi pekerti, karena tokoh-tokoh dalam wayang kulit mencerminkan jalan cerita kehidupan manusia yang mengandung nilai-nilai luhur. Tokoh-tokoh dalam wayang adalah perlambang nasib baik dan buruk, sesuai dengan perbuatan yang dilakukannya di dunia. 

Selain itu anak-anak dilatih untuk tekun dan sabar. Membuat gambar wayang, memotong, dan mewarnai dengan motif dan desain yang rumit diperlukan sifat telaten. Kegiatan menatah wayang juga membuat anak-anak berlatih untuk fokus, karena pola-pola wayang yang kecil harus dikerjakan dengan teliti. Mata juga terlatih menjadi tajam dan awas. 

Rumitnya detail tatahan wayang kulit
Terkait dengan dicanangkannya Dusun Butuh sebagai KBA, Baron berharap ASTRA bisa menjadi kepanjangan tangan pengrajin untuk lebih mendorong potensi wayang kulit. Idealnya menurut Baron di desa ada satu tempat khusus yang bisa dipakai untuk menggelar pertunjukan wayang secara rutin. Di tempat itu juga bisa digelar pelatihan atau lokakarya bagi siapapun yang berminat belajar membuat wayang. 

“Saya juga berharap keterampilan membuat wayang ini bisa masuk ke sekolah-sekolah sebagai salah satu pelajaran,” tutur Baron. “Saya siap menerima anak-anak sekolah untuk belajar di rumah ini. Ya seadanya, saya akan menyediakan waktu, asal wayang kulit tidak punah.” 

Baron memang menepati kata-katanya. Di rumahnya, Baron pernah menerima mahasiswa dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo jurusan seni Kriya untuk belajar membuat wayang selama empat bulan, tanpa pungutan biaya. Baron dan keluarganya juga tengah mengajarkan seni membuat wayang kulit pada delapan siswa kelas dua belas dari SMA Negeri 1 Polokarto Sukoharjo. Mereka belajar membuat wayang kulit untuk mata ajaran Ujian Praktek Sekolah. 

Siswa SMA belajar menyungging wayang
Anak-anak remaja ini dengan modal bahan-bahan untuk membuat wayang seperti kulit dan cat, diajari oleh Baron dan keluarganya proses membuat wayang kulit dari awal hingga akhir. Dalam sepekan, kelompok siswa ini datang sebanyak satu atau dua kali. Pembagian tugas mereka lakukan, mulai menatah hingga menyungging. Wayang yang sedang mereka kerjakan adalah wayang Punakawan, yaitu Semar. 

Baron menjelaskan wayang Semar lebih mudah dibuat, karena bentuknya lebih besar dengan detail tatahan dan warna yang tidak serumit wayang lainnya.

Indra Permadi, ketua kelompok dari siswa SMAN 1 Polokarto mengatakan bahwa mereka memilih praktek membuat wayang kulit karena ingin beda dari teman-teman lainnya. 

“Wayang itu unik, tidak ada kelompok lain yang membuat wayang selain kami,” ungkap Indra. “Membuat wayang kulit juga sekaligus untuk melestarikan budaya Jawa.” 

Baron bersama siswa-siswa SMAN 1 Polokerto yang belajar membuat wayang kulit
Nantinya wayang yang mereka hasilkan ini akan dilelang di acara sekolah. Para siswa ini menyadari bahwa keterampilan membuat wayang kulit juga bisa menjadi sesuatu yang menghasilkan. Karena itu meskipun sejak bulan September harus menyisihkan waktu dan jarak ekstra menuju rumah Baron, mereka tetap bersemangat. 

Pada semangat belajar anak-anak seperti Indra dan kawan-kawannya inilah harapan Baron bertumpu. Baron berharap semangat anak-anak muda akan mampu menumbuhkan perasaan cinta terhadap wayang, jadi semakin banyak lagi yang mau belajar membuat wayang. 

“Kulo niku mboten ngertos, seneng banget kalih wayang. Dados pripun nggih, mboten neko-neko pengen wayang saged maju lan mboten punah.” 

(Saya itu tidak tahu kenapa, suka sekali dengan wayang. Jadi bagaimana ya, keinginan saya tidak macam-macam, hanya ingin wayang (kulit) ini dapat maju dan tidak punah.) Demikian jawab Baron ketika ditanya apa alasannya begitu bersemangat mengajari anak-anak muda. 

Karena itu Baron merasa bangga dan bersyukur dengan perhatian ASTRA yang peduli pada kemajuan kampung pengrajin wayang kulit seperti di Dusun Butuh. Membuat wayang bagi Baron dan para pengrajin lainnya bukan sekedar upaya mencari nafkah tapi merupakan semangat untuk meneruskan warisan budaya luhur yang turun temurun. 


Asa pada setiap ketukan tatahan wayang kulit.
Sebelum menutup pertemuan dengan saya hari itu, Baron menunjukkan bagaimana caranya menatah wayang. Sembari duduk di meja kerja di teras rumahnya, Baron dengan telaten menggunakan tatah beraneka bentuk untuk memberi pola pada kulit. 

Ketukan tatah yang beradu dengan kulit dan kayu adalah irama kehidupan pengrajin wayang kulit di Dusun Butuh. Ketukan halus, namun harus teguh dan teratur menunjukkan ketekunan dan fokus dalam menjalani profesi yang mereka pilih atas dasar cinta. 

Ketukan yang mengantarkan asa para pengrajin wayang kulit untuk kehidupan desanya yang lebih maju di masa depan. 


Foto: dokumen pribadi dan dokumen Suwardi Baron 
Daftar Pustaka: Wirastodipuro, KRMH. 2006. Ringgit Wacucal. Solo: ISI Press

Saturday, December 22, 2018

KREATIF DAN INOVATIF DI AKHIR TAHUN BERSAMA ASUS

“Bu, kapan pergi liburan?” 

Baru juga sehari terima rapor, sudah diteror pertanyaan sejuta anak-anak Indonesia di akhir tahun. 

“Heeem....” jawab saya ogah-ogahan sambil membayangkan tumpukan kerjaan yang belum selesai. Ada gambar denah renovasi rumah, desain gerbang perumahan, bikin RAB (Rencana Anggaran Biaya) renovasi ruko, belum lagi beberapa tulisan yang mesti diunggah ke blog. Mesti putar otak nih buat menemukan jawaban kreatif yang bisa menenangkan anak-anak –walau sesaat-. 

“Liburnya tinggal enam belas hari dua belas jam lagi, lho, Bu,” si Adik mendadak lancar berhitung. “Ke rumah Mbah Kakung, dong.” 

“Yaa, nanti, masih banyak kerjaan....” Jawaban yang disambut cemberut. 

Bukannya saya nggak pengen liburan, tapi akhir tahun ini saat yang tepat buat menyelesaikan perkerjaan yang tertunda, karena begitu anak-anak libur waktu saya jadi lebih longgar dengan hilangnya kewajiban antar jemput, koreksi PR dan buat bekal hehe. 

“Ibu kan tetap bisa kerja di sana. Bawa aja laptopnya.” Rayuan belum berakhir. 

Paham kalau ibunya pekerja mandiri yang nggak harus ngantor tiap hari, anak-anak tahu selama ada laptop,  ibunya bisa ngikut anak-anak liburan meskipun sambil kerja. 

“Tapi di tempat Mbah Kakung nggak ada wifi.” Alasan ngeles pamungkas saya keluarkan. 

“Yaaaaah....” 

“Main lego dulu aja ya, yuk dibikin rumah, bengkel, pabrik,” ajak saya demi mengalihkan perhatian dari pembahasan agenda liburan ke rumah Mbah Kakung. Main rumah-rumahan memang kesukaan saya dari kecil. Akibat keasyikan main, malah perhatian saya pada kerjaan yang numpuk yang teralihkan. Duh, gimana sih. 

Selain hobi main rumah-rumahan, waktu agak gedean saya hobi membuat denah rumah pakai kertas milimeter block. Itu lho, kertas yang kotak-kotak seukuran satu milimeter. Alhamdulillah rezekinya kuliah di jurusan arsitektur, kegiatan menggambar meningkat pakai Rapido di atas kertas kalkir. Mahasiswa arsitektur di zaman itu harus punya kesaktian mengerik tinta supaya garis yang salah bisa dihapus tanpa membikin kertas berlubang. 

Syukurlah teknologi terus berkembang, ada meja gambar yang membantu arsitek membuat gambar dengan lebih presisi, kemudian muncul berbagai aplikasi di komputer dan laptop, semacam AutoCad, yang membuat saya tak perlu lagi repot dengan penghapus. 

Kerjaan Ibu di AutoCad yang nggantung di penghujung tahun.
Teknologi memang hadir untuk memudahkan manusia. Berkat pelbagai aplikasi penunjang pekerjaan seperti AutoCad, Corel Draw, SketchUp, selain juga tentunya aplikasi Microsoft Office, pekerjaan mendesain rumah jadi makin cepat dan murah. Karena gambar tiga dimensi yang mendekati nyata, para arsitek tidak harus menghabiskan uang untuk membuat maket yang berharga jutaan. 

Perangkat kerja portabel juga semakin canggih. Kalau dulu untuk menggambar harus nongkrong di tempat di depan komputer, sekarang pekerjaan bisa dilakukan di mana saja. Laptop makin canggih, makin ringan, dan gampang dibawa-bawa. Inovasi dari produsen laptop seperti ASUS sangat memudahkan pekerja mandiri seperti saya untuk menyelesaikan tugas. 

Seperti sudah sering saya sebutkan di blog ini, perkerjaan saya sebagai arsitek, dan juga kadang menulis, sangat terbantu dengan notebook ASUS putih milik saya nan mungil dan cantik. Sejak 2012, laptop ASUS saya itu terus setia menemani, dan terbukti mumpuni dan tahan banting. Saya jadi mudah mau kerja di manapun dan kapanpun.

Wah, artinya produktif terus dong! Maunya sih gitu. Tapi ternyata tidak semudah itu, Ferguso. Ada saat-saat produktivitas kerja menurun. Misalnya seperti di akhir tahun ini, banyak banget godaannya. Ditambah lagi dengan teror piknik yang begitu kuat! 

Alhamdulillah, bisa ketemu teman-teman.



ASUS YEAR END MICROSOFT BLOGGER GATHERING 

Sebetulnya salah satu alasan kenapa di akhir tahun masih banyak PR numpuk adalah saya merasa sedang mentok ide. Kalau kreativitas sedang mandeg rasanya sulit bikin desain yang bagus. Akibatnya pekerjaan mangkrak sampai kurun waktu yang tidak bisa ditentukan. Padahal ide buntu kalau sedang dikejar deadline itu nggak bagus karena akan menimbulkan masalah lain yaitu pemasukan jadi tidak lancar. Hehe. 

Duh, suasana akhir tahun ini memang seolah membuat saya mager. Rasanya pengen istirahat saja dan memulainya lagi nanti kalau tahunnya sudah ganti. Untunglah, di akhir tahun ada satu acara seru yang menjadi mood booster saya. Lewat Mbak Uniek Kas, sesepuhnya bloger Semarang, yang tulisan-tulisannya bisa dinikmati di uniekkaswarganti.com, ASUS mengundang sekitar 45 bloger dalam acara ASUS Year End Microsoft Bloger Gathering. 

Agenda kumpul-kumpul ini buat saya penting karena biasanya setelah ketemu dengan teman-teman, akan muncul ide-ide baru dan membuat saya seolah mendapatkan suntikan energi. Makanya saya semangat banget menerima undangan dari ASUS yang dibagikan Mbak Uniek dengan tag linenya: Unleash Your Creative Power. Whoho... ini dia acara yang saya perlukan. Pada tanggal 15 Desember 2018 pagi, berlokasi di Gets Hotel Semarang, saya bersama empatpuluhan bloger lainnya bisa bersilaturahmi sembari mendapatkan pengetahuan baru sekaligus inspirasi. 

Di pagi yang cerah di musim hujan, acara dibuka langsung oleh Mbak Uniek, sebelum kami diperkenalkan dengan Oom Yahya Kurniawan. Oom Yahya ini adalah pemilik blog bertema teknologi: yahyakurniawan.net. Sebagai seorang praktisi dan pemerhati Teknologi Informasi (TI) Oom Yahya sering berbagi ilmunya lewat pelatihan dan workshop dan juga lewat puluhan judul buku yang sudah diterbitkan. Tentunya bertema TI. 

Nah, dalam acara ini Oom Yahya membawa sebuah laptop istimewa yaitu laptop seri tertinggi dari lini ZenBook ASUS. Laptop yang dibawa Oom Yahya sangat spesial karena merupakan laptop pertama di dunia yang hadir dengan ScreenPad. Namanya ASUS ZenBook Pro 15 UX580. 



INOVASI ASUS DI TAHUN 2018 

ASUS merupakan salah satu perusahaan yang termasuk dalam daftar World’s Most Admired Companies dari majalah Fortune. ASUS memperkerjakan lebih dari 16.000 karyawan di seluruh dunia, dan 5.000 diantaranya adalah tim dari Riset dan Pengembangan. ASUS juga berkomitmen untuk terus mengembangkan produk-produk komprehensif yang penuh inovasi, desain, dan mengedepankan kualitas. 

Terbukti ASUS telah memenangkan 4.511 penghargaan dari organisasi teknologi terpandang dan media IT sedunia di tahun 2016, dan telah meraih lebih dari 721 penghargaan untuk seri Zenfone sejak tahun 2014. 

Hmm, kuncinya adalah komitman untuk terus kreatif dan berinovasi ya. Tentunya tidak ada kata penurunan produktivitas di akhir tahun macam saya ini. ASUS pasti dipenuhi orang-orang kreatif dan terus berinovasi. Artinya orang-orang yang memiliki daya cipta dan kemampuan untuk menciptakan suatu hal yang baru. Dengan demikian bisa menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat. 


Kenapa ASUS mau bersusah payah menciptakan ScreenPad di laptopnya dijelaskan oleh Jimmy Lin, Country Manager ASUS Indonesia. “Selama 26 tahun terakhir, teknologi touchpad pada laptop tidak banyak berubah. Produsen hanya membuatnya lebih lega, lebih responsif dan mendukung multi touch dan gesture.” Dalam Press Release ZenBook Pro 15 UX580, Jimmy Lin menyampaikan “Dengan ZenBook Pro 15 UX580, ASUS menghadirkan inovasi lebih pada touchpad, dan bisa dikatakan ini adalah laptop idaman para profesional.”

ZenBook Pro 15 UX580 yang Anggun Menawan

ScreenPad ZenBook Pro 15 UX580 memang langsung menyita perhatian saya dan teman-teman yang hadir di acara gathering. Tampilannya juga menawan dan menjanjikan, angan jadi melayang seandainya kerja pakai ZenBook Pro 15 UX580. 



ARSITEKTUR DAN ZENBOOK PRO 15 UX580 

Menurut saya nih, sama dengan perangkat canggih macam ponsel dan laptop, rumah adalah perpaduan dari seni dan teknologi. Ketika mendesain sebuah rumah, seorang arsitek harus bisa memadukan antara rasa dan logika, perpaduan gambar coret dan hitungan rumit, agar rumah yang dihasilkan nanti bisa menjadi hunian yang aman dan nyaman untuk penghuninya. Dalam mewujudkannya ada panduan-panduan teori arsitektur yang bisa dipakai untuk membantu arsitek dalam mendesain bangunan. 


Buku De Architectura salah satu sumber tertulis yang tertua tentang arsitektur

Salah satunya adalah teori dalam arsitektur yang disebut: Tiga Unsur Dalam Arsitektur. Saya ingat banget karena materi ini adalah salah satu materi dasar di awal-awal kuliah dulu. Tiga unsur itu adalah Venustas, Firmitas, dan Utilitas. Pencetus teori ini adalah seorang tokoh bernama Vitruvius, yang menulis buku “De Architectura”. Menurutn Vitruvius, sebuah bangunan yang baik haruslah memiliki keindahan atau estetika (Venustas), kekuatan (Firmitas), dan kegunaan/ fungsi (Utilitas). Arsitektur adalah keseimbangan di antara ketiga unsur tersebut, sehingga tidak ada satu unsur yang melebihi unsur lainnya. 
Tiga Unsur dalam Arsitektur
Hmm... rasanya ketiga unsur dalam arsitektur ini juga dapat ditemui dalam laptop ZenBook Pro 15 UX580. 

VENUSTAS / ESTETIKA 

Tinggal di rumah dengan desain yang cantik, tentu akan membuat penghuninya bahagia. Salah satu tantangan bagi arsitek adalah membuat desain rumah yang indah. Kalau dalam teori arsitektur ada yang namanya proporsi. Kaidah itu bisa diterapkan dalam desain. Sebuah bangunan yang dirancang dengan proporsi yang pas, akan indah dipandang. Istilah dari mata turun ke hati memang benar adanya. 

Nah, sama seperti ketika saya melihat ZenBook Pro 15 UX580 yang ditunjukkan Oom Yahya. Tampilannya elegan, dibalut metal solid berwarna Deep Dive Blue. ZenBook Pro 15 UX580 langsung bikin jatuh hati. 

Bodinya proporsional ringkas, dengan tebal hanya 18,9 mm dan bobotnya 1,88 kg. Cocok banget dibawa kemana-mana karena mudah masuk ke aneka tas dan nggak bikin encok. Meski ramping dan ringan, layar ZenBook Pro 15 UX580 memiliki ukuran bentang 15,6 inci dengan resolusi ultra tinggi yaitu 4K. Hal tersebut dimungkinkan berkat teknologi NanoEdge yang membuat bezel layar di laptop ini bisa tampil dengan bezel hanya 7,3mm dan screen-to-body ratio sebesar 83%. 

Secara estetis, ZenBook Pro 15 UX580 cantik banget dan indah dipandang.

FIRMITAS / KEKUATAN 

Saat mendesain bangunan, saya terkadang menghadapi masalah ketika harus mulai mewujudkan bentuk yang saya rancang menjadi bangunan sesungguhnya. Kendala utamanya adalah bingung dengan struktur. Saya sudah merancang bentuk sedemikian rupa yang saya anggap bagus, tapi tidak tahu bagaimana caranya membangun. Tapi rupanya hal ini memang lazim dalam dunia arsitektur. Makanya seringkali ketika mendesain bangunan arsitek bekerja sama dengan tim konstruksi agar bangunan yang didesainnya bisa terwujud. Karena apalah artinya bentuk rumah yang bagus, mewah, tapi tidak mampu bertahan ketika dipakai alias cepat rusak atau lebih parah lagi, roboh. Kekuatan menjadi hal mutlak dalam desain arsitektur. 

Nah, untuk sisi kekuatan, ASUS ZenBook Pro 15 UX580 sudah memenuhi standar militer MIL-STD 810G. Artinya, sudah menjalani serangkaian uji daya tahan untuk beroperasi di lingkungan yang keras diantaranya ketinggian ekstrim, suhu, dan kelembaban. ASUS juga telah menerapkan uji laptop internal, yang standarnya ditetapkan lebih dari standar industri. 

Pekerjaan saya mengharuskan saya sering berpindah-pindah lokasi. Namanya kerjaan arsitek, mengedit gambar kadang dilakukan di lapangan. Membuat RAB baru, juga dilakukan pada saat bertemu dengan klien. Laptop saya pasti sering ditenteng di dalam ransel, dibawa naik turun aneka moda transportasi dari bus sampai pesawat terbang. Jadi penting buat punya laptop yang tahan banting. Kalau kerja pakai laptop ZenBook Pro 15 UX580 yang sudah lolos uji, rasanya kekuatannya tidak perlu diragukan lagi. 


UTILITAS / FUNGSI 

ASUS ZenBook Pro 15 UX580 ditenagai prosesor Intel Core i7 8750H yang disokong RAM 16GB dan GPU Nvidia Nvidia GeForce GTX1050 4GB. Perangkat canggih itu akan meningkatkan kinerja penggunannya. Wow, kerja dengan pelbagai aplikasi grafis dijamin nggak akan lemot. Dulu saya dan teman-teman ketika mengerjakan gambar tiga dimensi sering bercanda, daripada nunggu rendering mendingan ditinggal mudik dulu. Dengan perangkat yang ada di ZenBook Pro 15 UX580, tidak ada lagi waktu tunggu berjam-jam ketika rendering gambar rumah. 

Untuk ruang penyimpanannya, laptop ini dilengkapi dengan SSD NVMe PCIe dengan kapasitas 1TB. Kalau buat saya sangat berguna untuk menyimpan aneka pekerjaan grafis yang biasanya memakan banyak tempat di dalam ruang penyimpanan. 

Layar beresolusi 4K UHD (3840x2160 pixel) memiliki tingkat kecerahan hingga 400nits. Artinya, warna yang tampak di layar akan sangat akurat mendekati warna aslinya dengan tingkat reproduksi warna Adobe RGB hingga 100% dan Delta E < 2. Layar ZenBook Pro UX580 juga merupakan factory-calibrated dan telah divalidasi oleh PANTONE. Cocok banget buat kerja mendesain rumah, warna di tampilan 3 Dimensi di gambar bisa semakin mirip dengan pilihan warna cat aslinya ketika diterapkan nanti. 

Untuk lebih lengkapnya, spesifikasi ASUS ZenBook Pro 15 UX580 dapat dilihat berikut ini:


Sama seperti desain rumah yang harus bisa memenuhi aneka fungsi untuk kebutuhan penghuninya, ZenBook Pro 15 UX580 dengan spesifikasi canggihnya, mampu memenuhi kebutuhan para profesional khususnya untuk menunjang pekerjaan grafis. 

INOVASI 

Tak bisa dipungkiri bahwa teknologi terus berkembang. Begitu juga teknologi dalam arsitektur. Misalnya terminologi “Rumah Pintar” yang sudah diperkenalkan lebih dari satu dekade. Rumah pintar salah satunya dipasangi perangkat teknologi yang terkoneksi menjadi satu sehingga ketika penghuninya masuk ke rumah, suhu ruangan, terangnya lampu, bisa langsung menyesuaikan dengan kebutuhan. Nggak perlu pencet-pencet tombol secara manual. 

Kreativitas dalam berinovasi juga diperlukan untuk mengatasi masalah. Kalau dalam membangun rumah, dengan harga tanah yang semakin meningkat, yang menjadi tantangan adalah bagaimana bisa menciptakan rumah yang bisa memenuhi kebutuhan ruang penghuninya di lahan sempit. 

Salah satunya yang berhubungan dengan parkir mobil. Lahan parkir semakin sulit apalagi kalau punya mobil lebih dari satu. Tidak jarang kan mobil-mobil diparkir di tepi jalan umum sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas. Berkat kreativitas dan inovasi, sekarang ada garasi yang bisa berfungsi sebagai lift. Jadi mobil bisa masuk ke bawah tanah. Sistem parkir dengan konstruksi bertingkat ala gedung perkantoran. Solusi buat yang punya mobil banyak dengan lahan parkir sempit 

Teknologi memang diciptakan untuk memudahkan hidup manusia. 
ScreenPad ASUS ZenBook Pro 15 UX580
Teknologi terbaru ASUS muncul dalam ZenBook Pro 15 UX580 dengan ScreenPadnya. ScreenPad ini adalah touchpad yang bisa berfungsi sebagai layar kedua. ScreenPad merupakan inovasi terbaru ASUS yang juga dimaksudkan memudahkan penggunanya. 

Melalui fitur Adaptive Design, ScreenPad secara otomatis akan menyesuaikan tampilan sesuai dengan aplikasi yang sedang dijalankan dan menampilkan antarmuka tambahan. Selain itu, ScreenPad juga bisa digunakan sebagai layar kedua. 

Lewat mode Screen Extender, kita bisa membuat ScreenPad seperti layar tambahan. Dengan demikian, semua aplikasi yang ada di desktop bisa ditampilkan di ScreenPad layaknya ditampilkan di monitor terpisah.


Aplikasi ScreenPad di ZenBook Pro15 UX580
Aplikasi ScreenPad di ZenBook Pro15 UX580
Aplikasi ScreenPad di ZenBook Pro15 UX580


Kalau buat pekerjaan perhitungan RAB yang sering saya lakukan, adanya ScreenPad Calculator ini sangat membantu. Meskipun saya sudah bekerja dengan Microsoft Excel, saya masih sering menghitung pakai kalkulator di layar. Dengan hadinya aplikasi kalkulator di ScreenPad, pekerjaan menghitung jadi tambah mudah dan cepat tanpa harus bolak-balik keluar masuk dari pekerjaan di layar utama. 

Bekerja dengan Excel makin mudah
Begitupun kalau sedang lembur berjam-jam, mendengarkan musik kadang perlu untuk menambah semangat. Dengan adanya Music Player di ScreenPad ZenBook Pro 15 UX580, mudah buat saya memilih lagu yang ingin didengar tanpa harus mengganti tampilan layar utama.

Ribet nggak sih? Biasanya juga klak-klik-klak-klik pindah tampilan juga nggak masalah. Seperti juga produk inovatif lainnya, di awal peluncurannya pasti perlu waktu bagi pengguna untuk menyesuaikan diri. Semakin berjalannya waktu, dengan hadirnya ScreenPad, produktivitas pengguna laptop bisa meningkat. Segala keterbatasan yang hadir di awal peluncurannya akan terus memacu kreativitas para pembuatnya untuk mengembangkan dan menyempurnakan inovasi baru ini. 

Pengembangan software juga terus dilakukan oleh ASUS, dengan demikian hadirnya ScreenPad ini semakin terintegrasi dengan berbagai aplikasi di dalam laptop. Kalau harapan saya, ScreenPad bisa dikembangkan dan dipakai untuk menggambar. Jadi sketsa desain rumah bisa langsung terpampang di layar laptop. Whuhu. Semoga segera terwujud ya. 

KREATIF DAN PROFESIONAL 

Melihat fitur dan keunggulannya, ASUS ZenBook Pro 15 UX580 memang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan para profesional. Ngomong-ngomong profesional, selain memperkenalkan produk baru yang sangat inovatif, dalam acara ASUS Year End Microsoft Bloger Gathering juga hadir pembicara seorang wartawan kawakan yang juga seorang pegiat sosial media di Semarang: Gus Wahid, pemilik blog guswahidunited.id 

Mas-mas dengan tampilan khas topi terbalik ini berbagi ilmu dan pengalaman profesionalnya selama menjadi jurnalis di salah satu harian terkemuka di Jawa Tengah. Materi yang disampaikan sangat penting buat saya, karena sebagai penulis konten di blog, harus terus meningkatkan ilmu dan keahlian agar semakin profesional. Keahlian menulis dan berbahasa menjadi ujung tombak seorang bloger. Saya juga pengen tulisan saya semakin bermutu dan bermanfaat bagi pembaca. Bahkan dalam dunia arsitektur keahlian menulis juga penting, apalagi kalau lagi bikin proposal proyek. Hehe. 

Gus Wahid menyampaikan tips-tips yang sangat berguna bagi bloger yaitu tentang Kaidah-kaidah Jurnalistik dalam Konteks Blog. Tips yang pertama, kalau boleh disingkat adalah “Tips ABC”. Tips ini mudah dipahami seperti dalam tabel berikut ini:

TIPS ABC

Perlu dipahami bahwa memang ada perbedaan antara bahasa jurnalistik dan bahasa yang sering dipakai dalam blog. Apalagi bahasa di blog pribadi. Seringkali bahasa tak baku, bahasa kekinian, bahasa gaul muncul dalam tulisan kita, dan itu sah-sah saja, kok. Kalau menulis di media masa seperti koran, aturan-aturan jurnalistik sudah baku dan tak boleh dilanggar. 

Gus Wahid juga menyampaikan bahwa dalam jurnalistik ada yang disebut dengan “nilai-nilai berita”. Nilai-nilai berita yang terkandung dalam setiap peristiwa adalah faktor penentu bagi pembaca sehingga mereka lebih tertarik untuk membaca tulisan kita. Nilai-nilai berita itu antara lain:

1. Kedekatan (Proximity) yaitu peristiwa dekat dengan pembaca 
2. Bencana (Emergency) yaitu kebutuhan untuk menggugah perhatian pembaca 
3. Konflik (Conflict) yaitu ancaman terhadap rasa aman 
4. Kemashuran (Prominence), yaitu rasa ingin tahu terhadap public fugure. 
5. Dampak (impact), yaitu berita yang berdampak langsung dalam kehidupan masyarakat 
6. Baru (Actual) yaitu peristiwa yang baru saja terjadi sehingga memancing minat 
7. Kontroversial, yaitu menarik untuk diketahui karena mengandung kejanggalan 
8. Human interest, yaitu menampilkan penderitaan sesama 
9. Ketegangan (Suspense) yaitu sesuatu yang memancing keingintahuan hingga akhir 

Kalau hendak diterapkan dalam penulisan blog, kita harus kreatif memilih dan memilah, kira-kira berita macam apa yang akan memancing ketertarikan pembaca. Meskipun bebas aja, sih, namanya menulis di blog kita sendiri. Kalau mau cerita tentang aktivitas nonton Drakor di sore hari yang mendung juga boleh. Karena salah satu keunggulan menulis di blog pribadi adalah, kita bisa menjadi diri sendiri. Nah cocok denga satu tips lagi yang disampaikan Gus Wahid, bahwa sebaiknya blog itu punya “kepribadian”. Keunikan suatu blog bisa menjadi salah satu daya tarik bagi pembaca. 

Biarpun di blog kita bebas menjadi diri sendiri, ada rambu-rambu yang tetap harus diperhatikan para bloger. Salah satunya karena tulisan di blog akan langsung sampai kepada pembaca tanpa melalui dewan redaksi atau editor. Bloger harus lebih mawas diri dengan menerapkan “self editing” sebelum mengunggah tulisannya ke dunia maya. Kesalahan tanda baca, kesalahan ketik, salah meletakkan awalan "di", juga kekeliruan penulisan huruf besar dan kecil dicatat Gus Wahid sebagai kesalahan yang sering ditemuinya ketika membaca blog. Belum lagi penggunaan kata yang tidak baku dan tidak sesuai PUEBI. 

Wah, ternyata banyak ya rambu-rambu menulis itu. Meskipun banyak rambu, jangan sampai menyurutkan niat kita untuk terus menulis dan berbagi informasi kepada orang lain. Makanya jangan malas belajar, dan mau ikut acara-acara berfaedah seperti Asus Blogger Gathering ini, supaya dapat ilmu baru. Hehe. 

Di akhir sesi, Gus Wahid menitipkan pesan-pesan untuk bloger berikut ini: 

1. Menulislah dengan jujur 
2. Perhatikan tanda baca, dan PUEBI 
3. Mencatat dengan cermat 
4. Menulis dengan kalimat yang jelas 
5. Fokus pada topik 
6. Menulis dengan proporsional 
7. Periksa kutipan, pernyataan off the record, konfirmasi 
8. Patuhi selalu kode jurnalisik yang melarang penjiplakan karya orang lain 
9. Mulai mencari padanan kata Bahasa Indonesia untuk mengganti bahasa asing. 
10. Kalau bisa mulai menerapkan SEO (Search Engine Optimation). 

Serunya evet Asus Year End Blogger Gathering di Semarang
Wah, diakhiri dengan makan siang, komplit sudah acara ASUS Year End Microsoft Blogger Gathering yang padat dengan pengetahuan, canda tawa, dan juga hadiah. Alhamdulillah dapat doorprize voucher belanja 100 ribu rupiah, cocok buat ibu-ibu agar lebih profesional dalam belanja kebutuhan rumah tangga. Hehe. Selain itu ada juga jam tangan Daniel Wellington yang jadi rezekinya Ismi. 

Fixed deh, di akhir tahun ini saya mendapatkan inspirasi untuk lebih kreatif dalam berkarya dan tidak takut untuk berinovasi. Apapun profesi yang kita tekuni, kita harus profesional dan yang namanya kreativitas mutlak diperlukan dalam pekerjaan. Akhir tahun juga bukan alasan untuk jadi tidak produktif, betapapun randomnya aktivitas saya sehari-hari, mau jadi arsitek, bloger, atau ibu-ibu pengasuh anak dan tukang masak. 

Semangat ASUS untuk meluncurkan produk yang inovatif dan pertama di dunia, melalui laptop ZenBook Pro 15 UX580 dengan ScreenPadnya, menginspirasi saya untuk bekerja secara lebih kreatif, inovatif agar semakin profesional. 

Jadi, Bu, akhir tahun mau nyelesaiin gambar, atau ikutan anak-anak liburan, nih? 

Sumber gambar: 
https://www.asus.com/id/
Canva Apps
Pinterest
Pribadi