Wednesday, August 27, 2014

(2) Tulis Nusantara 2014: Nusantara di ‘Kampung Jawa’



Semalam, habis menyantap ayam goreng, saya berdua Neng Lilis langsung terkapar. Mbak Anggun (Pemenang II Non Fiksi) sih masih kuat ngobrol dengan peserta lainnya. Sebagai morning person, rencananya pagi-pagi aja keliling komplek, sambil ngulik cerita teman-teman. 

Kenapa sebelumnya saya bilang saya ‘pulang kampung’ ke Jakarta, karena acara TN 2014 dipusatkan di anjungan Jawa Tengah itu (saja). Waktu masuk komplek TMII saya mikir, coba kalau acara ini di anjungan Toraja atau Sumbar gitu, lebih menarik kan, buat saya? Menginap di rumah Tongkonan, atau rumah Gadang, pasti seru kan?

Joglo Tempat Menginap
Ya gitu deh, orang suka menganggap sesuatu yang dekat itu biasa. Nah, jalan-jalan di dalam anjungan Jawa Tengah melihat replika candi-candi, juga  gebyok penuh ukiran, jelas tidak membuat saya terpesona. Lha wong, sudah sering lihat aslinya. Lain buat Rijal dari Aceh yang saya ‘paksa’ foto di depan replika mini –banget- candi Borobudur hehehe. Semoga bisa segera sampai ke tempat aslinya ya. 

Selesai acara jalan-jalan yang tak jauh-jauh ini, kita sempat duduk-duduk bareng di ruang tamu. Kesempatan untuk berbagi pengalaman dan cerita seputar dunia penulisan. Kebetulan mbak Ruwi Meita (Pemenang I Cerpen) juga sudah sampai. Jadilah kami bersebelas -sudah ada Romario, mahasiswa Sastra Jepang (Pemenang II Cerpen)- ngariung sambil bertukar cerita.



Excited banget mendengar para penulis berbicara dengan logat yang berbeda. Palembang, Makassar, Madura, Aceh, Jakarta, Cianjur, Jawa,…. Seperti lagu. Kan nggak asyik kalau nadanya satu aja. Enak didengar kalau berbeda-beda, tapi harmonis. Nyanyi membelai jiwa…. ***Ah, mau sok nulis puisi nanti digetok sama yang lainnya. :P

Nah, sekarang ngomongin cerita para pemenang, seperti karya yang sudah pernah saya singgung sebelumnya, masing-masing penulis di TN ini memang menuliskan ‘sesuatu’ dari daerah masing-masing. 

Mbak Anggun misalnya, (Nostalgia Dua Moyang – Pemenang II Non Fiksi) membawa cerita dari Tangerang tentang perpaduan dua budaya yang serasi satu sama lainnya. Rizal Alief (Gaik Bintang – Pemenang III Novel) menceritakan budaya nikah dini di daerah Madura, tempat tinggalnya. Saya sampe miris dengar latar belakang ceritanya.

Daeng Didin (Kasipalli Ri Butta Kajang – Pemenang I Puisi) dan Bang Gegge (Ayah dan Ibu, 1 Ramadhan Ini Saya Tidak Pulang – Pemenang I Non Fiksi) juga bercerita tentang adat di daerahnya di Makassar sana. Aseli saya ngaku lupa detailnya cerita ini, meskipun sudah sempat nanya. 

Lain lagi puisinya Faisal Oddang (Menjelang Akad Nikah) dan cerpen Guntur Alam (Jam Kai di Meja Sembahyang Makan Malam) yang belum sempat saya kulik ceritanya. So little time, too much information to ask

Jadi, so, maka…. Untuk TN 2015 (semoga masih ada *fingercrossed), kita harus mulai menggali cerita-cerita lokal yang menarik. Apa harus dari daerah sendiri? Enggak juga sih, meski sebetulnya cerita yang dekat dengan kita kan banyak. Saatnya bangga dan mempromosikan daerah masing-masing, bukan?  

Nah, kalau sudah punya resep yang oke (alias cerita yang menarik) jangan lupa diberi ekstra topping. Ini sih ceritanya mbak Ruwi Meita (Pulung Gantung – Pemenang I Cerpen). Mba Ruwi menuliskan tentang fenomena gantung diri di daerah Gunung Kidul, yang di-mixed dengan keberadaan situs-situs di daerah sana. Ini pasti karena mbak Ruwi sering nulis cerita-cerita petualangan, jadi cerpennya berbau-bau misteri. Pengen baca, Mbaak.

Selain karya masing-masing di TN 2014, pembicaraan para penulis ya seputar penerbit (dan royaltinya hehe),  seluk beluk lomba-lomba menulis, dan acara TN ini sendiri. Intinya sih, kami ini kepingin Tulis Nusantara semakin maju di masa datang. Inginnya juga tahun depan ikutan lagi dan semoga kami bisa reunian lagi. Hihihi. *digetoksamayanglain

Bersambung ... (3) Tulis Nusantara 2014: Panggung Penari dan Bon Jovi

4 comments: