Friday, December 1, 2017

Memahami UHC Kota Semarang di Acara Temu Blogger Kesehatan


Di penghujung bulan November yang dingin dan basah karena siraman hujan, 35 Blogger dari wilayah Semarang dan sekitarnya dikoordinasi oleh TitikTengah Partnership, mendapatkan kesempatan dari Dinas Kesehatan Kota Semarang untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan di The Wujil Resort, Ungaran. Informasi tentang kesehatan ini sebagian besarnya belum banyak dipahami oleh kami sebagai masyarakat kota Semarang. Mulai dari Program Universal Health Coverage (UHC) Semarang, sampai metode Rockport. Awam banget nget nget.

Puskesmas Gayamsari Semarang
Ayo ke Puskesmas!

Apa yang terlintas ketika dengar kata Puskesmas? Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, dr Widoyono, MPH, membuka perjumpaan siang dengan para blogger di The Wujil Resort, dengan pertanyaan itu. Jawaban dari peserta jadi bermacam-macam, mulai dari: Peralatan yang jadul, ruangan kotor, antri lama, obat generik, pelayanan lambat, dan lain-lain meluncur dari mulut teman-teman. Hehe. Maafkan, Pak Kadinkes, karena memang sebagai awam, terlanjur mencap Puskesmas sebagai tempat untuk memeriksakan kesehatan yang cenderung kuno. Tapi ada juga yang mengakui sangat terbantu dan puas dengan pelayanan di Puskesmas di dekat tempat tinggalnya. Meskipun bukan Puskesmas yang sama dengan KTP, tapi tetap melayani dengan baik.

Nah, sebetulnya Puskesmas itu gimana, sih?

Pak Widoyono yang humoris secara lugas memaparkan bahwa Puskemas adalah layanan kesehatan, bukan “kesakitan”. Jadi begini, dalam terminologi dunia kesehatan, ada dua hal yaitu: sehat dan sakit. Nah orang sehat diurusi oleh puskesmas, sementara orang sakit diurusi oleh rumah sakit (dan teman-temannya).

Jadi Puskesmas itu sejatinya bertugas mengurus orang sehat, bukan orang yang sakit.

Oleh karenanya, diharapkan masyarakat mau datang ke Puskesmas, justru untuk memeriksakan dirinya atau berkonsultasi ketika sehat. Hal ini terkait dengan paradigma sehat itu sendiri. Bahwa kegiatan Promotif dan Preventif, alias kegiatan pencegahan lebih baik dibandingkan kuratif dan rehabilitatif, atau pengobatan. Salah satu kegiatan promotif adalah penyuluhan kesehatan, misalnya tentang kesehatan gigi dan mulut. Contoh kegiatan preventif adalah kegiatan pemberian vitamin A untuk balita.

Puskesmas di seluruh kota Semarang jumlahnya hanya 37 unit. Puskesmas sejumlah itu memiliki tanggungjawab yang sangat luas untuk memelihara kesehatan masyarakat kota Semarang melalui tindakan-tindakan yang diharapkan bisa mencegah sebelum terjadi sakit. Belum lagi dengan jumlah tenaga dan sumber daya lain yang lebih terbatas. Bandingkan dengan institusi yang berhubungan dengan orang sakit, seperti Apotik, RSUD, RS, Toko Obat, Klinik, Dokter Praktek, dan lain-lain. Jumlahnya tentu jauh lebih banyak. Apalagi “layanan kesakitan” dipandang lebih bernilai ekonomi dibandingkan “layanan kesehatan”.

Selain itu, Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP), masih juga wajib mengurusi orang sakit. Ada 144 diagnosis penyakit yang harus bisa ditangani oleh Puskesmas. Misalnya: batuk, pilek, dan diare. Jadi, warga masyarakat juga diharapkan pengertiannya, jika menderita penyakit-penyakit tersebut untuk memeriksakan diri ke Puskesmas terlebih dahulu, dibandingkan langsung merujuk pada Rumah Sakit.

Tapi segala tantangan itu justru menjadikan Puskesmas bersemangat untuk terus meningkatkan pelayanannya. Seperti ketika pagi sebelum ke Ungaran untuk bertemu Bapak Widoyono, rombongan blogger sempat mendatangi Puskesmas Gayamsari. Puskesmas Gayamsari ini adalah satu-satunya Puskesmas di Kota Semarang yang mendapatkan predikat Paripurna. Fyi, beberapa tahun belakangan memang sedang dilakukan akreditasi untuk puskesmas-puskesmas di seluruh penjuru Indonesia, untuk mengetahui sejauh mana semua sumber daya yang dimiliki Puskesmas tersebut.

Puskesmas Gayamsari melayani wilayah 7 kelurahan, didukung oleh 50 tenaga kerja. Jenis-jenis pelayanan yang ada adalah pemeriksaan umum, pemeriksaan kesehatan gigi, pemeriksaan balita sakit, pemeriksaan kesehatan ibu dan anak, farmasi, laboratorium, dan layanan inovasi berupa klinik VCT, klinik rehabilitasi narkoba, dan klinik kesehatan tradisional.

Salah satu program unggulan Puskesmas Gayamsari antara lain Gomil atau Gojek Ibu Hamil yaitu program penjemputan untuk ibu-ibu hamil yang hendak memeriksakan dirinya ke Puskesmas. Puskesmas Gayamsari yang memiliki motto: “Sehat Anda Kebahagiaan Kami” saat ini sedang berupaya terus meningkatkan pelayanannya baik secara fisik, dengan mengajukan rencana dan rancangan bangunan gedung Puskesmas yang baru untuk tahun 2020, maupun dengan terus meningkatkan profesionalitas setiap tenaga kerja yang terlibat di dalamnya. Semoga Puskesmas Gayamsari terus berbenah, semakin baik, dan prima dalam pelayanan kesehatan untuk masyarakat Gayamsari khususnya dan kota Semarang pada umumnya.

Selain Puskesmas Gayamsari yang sempat kami kunjungi, 36 Puskesmas lainnya di seluruh wilayah kota Semarang semakin hari juga terus berlomba-lomba untuk meningkatkan pelayanan kesehatannya.

Nah, dengan informasi tersebut, kita sebagai warga kota Semarang tidak perlu ragu untuk berkonsultasi ke Puskesmas, terkait dengan kesehatan diri, keluarga, dan lingkungannya. Ingat, ke Puskesmas tidak perlu menunggu sakit, ya!

Program UHC (Universal Health Coverage) Kota Semarang

Nah, ini adalah program kesehatan yang sedang hangat bahkan hot banget di kalangan warga kota Semarang. Bayangkan aja, pesan berantai yang sampai ke aneka sosmed ini sungguh memikat hati. Setiap warga kota Semarang, mulai November 2017 bisa berobat gratisss! Hal ini membuat warga berbondong-bondong mendatangi faskes untuk mendapatkan pengobatan. Tapi tak sesederhana itu, lho!

Sesungguhnya apa sih, program UHC itu?

Nah, pada sesi sore, para blogger bertemu dengan ibu Lilik Farida, beliau adalah Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Kota Semarang. Ibu Lilik menjelaskan bahwa UHC ini adalah program kesehatan kota Semarang yang bekerjasama dengan BPJS. Program UHC membuat masyarakat kota Semarang tidak perlu membayar premi BPJS sendiri, melainkan dibayarkan oleh pemerintah kota Semarang. Waaaw!

Tapi tunggu dulu, premi BPJS yang akan dibayarkan itu khusus untuk BPJS kelas 3. Nah, catatannya begini, setelah mendapatkan program UHC, masyarakat berarti telah setuju untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dengan plafon BPJS kelas 3. Jika nanti terjadi sakit dan ingin naik ke kelas 2 atau 1, maka otomatis keikutsertaan dalam program UHC dinyatakan gugur.

Jadi UHC ini adalah program bantuan pembayaran iuran (bantuan iur) BPJS (kelas 3) untuk masyarakat kota Semarang. Apa saja syarat kepesertaan UHC? Yang pertama, punya dokumen kependudukan kota Semarang, setidaknya 6 bulan. Kedua, mau mendapatkan pelayanan kesehetan tingkat pertama di faskes di kota Semarang. Selanjutnya dan yang penting, pendaftaran tidak dapat diwakilkan, alias no calo!

Bagi satu keluarga dalam satu KK dapat didaftarkan oleh kepala keluarga atau salah satu anggota keluarga di dalam KK tersebut. Bagi lansia atau siapapun yang sudah tinggal sendiri, dan dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk mendaftar sendiri ke dinas kesehatan kota Semarang, misalnya karena sakit, bisa mendaftarkan program UHC melalui Puskesmas setempat.

Ingat yaa, UHC akan gugur jikalau peserta ingin naik kelas pelayanan BPJSnya. Dan bagi yang masih memiliki tunggakan BPJS juga harus melunasinya dulu.

Dengan demikian, UHC ini semua warga kota Semarang adalah penerima bantuan iur. Meskipun demikian, mengingat bahwa bantuan iur yang diberikan berupa layanan untuk BPJS kelas 3, masyarakat diharapkan bisa mempertimbangkan sendiri, sasaran dari program UHC ini untuk siapa.

Selain menyampaikan tentang program UHC, bu Lilik juga menjelaskan tentang program PIS-PK. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PIS PK). Program ini adalah melakukan kunjungan ke seluruh keluarga di Kota Semarang untuk mendata tentang kesehatannya. Jadi bentuknya berupa kegiatan survey ke rumah-rumah. Indikatornya ada 12, sebagai berikut:
  1. Keluarga mengikuti program KB
  2. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
  3. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
  4. Bayi mendapat ASI eksklusif
  5. Balita mendapatkan pematauan pertumbuhan
  6. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
  7. Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
  8. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
  9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
  10. Keluarga sudah menjadi anggota JKN
  11. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
  12. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
Atas dasar ke 12 indikator tersebut, keluarga dinyatakan sehat bila >80% tergolong baik. Nah, sebagai warga kota Semarang harus dukung PIS-PK ini ya. Jadi kalau ada petugas kesehatan yang datang, harap diterima dengan tangan terbuka. Tidak perlu disuguhi teh anget atau cemilan kok, hehe, yang penting sampaikan informasi dengan sejujurnya. Data-data ini penting untuk mengembangkan rencana kerja dan program kesehatan yang penting dan cocok untuk warga kota Semarang.

Yuk, cek kesehatanmu secara rutin

Dukung GERMAS dengan Cek Kesehatan Secara Rutin

Naah, sesi malam adalah sesi yang cukup mendebarkan sebetulnya. Hehe. Bukan karena agak ngantuk, tapi karena semua peserta akan dites gula darah dan kolesterolnya. Buat saya, yang tidak pernah rutin memeriksakan kesehatan, hal ini bikin deg-deg-an. Bukan karena takut jarum, tapi takut angka hasilnya. Meski sejujurnya saya nggak terlalu mudeng, angka yang bagus itu berapa. Alhamdulillah, tekanan darah, gula darah, juga kolesterol normal bahkan low. Tapi berat badannya masih belum normal. Uhuk.

Sejatinya, pemeriksaan kesehatan rutin ini salah satu program yang penting dalam pemeliharaan kesehatan. Melalui Program GERMAS atau Gerakan Masyarakat Sehat yang dicanangkan secara nasional, Cek Kesehatan secara Rutin adalah fokus program di tahun 2017 ini selain Aktivitas Fisik, dan Perbanyak Makan Sayur dan Buah.

Keterangan tentang GERMAS bisa baca: Hidup Sehat dengan GERMAS

Padahal rasanya males ya, wong nggak sakit kok harus cek kesehatan. (Helow judulnya aja cek kesehatan, bukan cek kesakitan)

Jadi seperti disampaikan oleh Ir. Purwati, kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, yang menegaskan juga informasi dari dr Widoyono siang harinya, bahwa penyakit-penyakit tidak menular itu semakin merajalela. Bahkan secara ekstrem menghabiskan porsi yang besar dari dana BPJS Kesehatan. Nah lho. Jadi dengan GERMAS, salah satunya kita secara sadar memeriksa kesehatan diri sendiri, bisa mengurangi terjadinya penyakit-penyakit tidak menular yang menggerogoti dana kesehatan bangsa ini. Penyakit-penyakit itu antara lain stroke, diabetes, gagal ginjal.

Mau cek kesehatan di mana? Ke Puskesmas aja! Jadi, jangan malaassss! Yuk GERMAS!

Rockport, bukan sebangsa Musik Metal.
BBB - Blogger-Blogger Bahagia Hehe

Pagi hari yang dingin di Ungaran, tapi hari cerah. Kami sudah digiring ke parkiran The Wujil untuk mengukur kebugaran tubuh dengan metode Rockport. Beberapa hari sebelumnya sempat cari tahu tentang metode ini. Takutnya badan yang kaku kaku karena jarang olah raga ini tak akan sanggup menanggung deritanya. Hihi, lebay.

Tapi ternyata metode Rockport ini sederhana, dan bisa kita lakukan sendiri. Metode ini juga bukan sebangsa ospek, karena benar-benar menyesuaikan dengan kondisi badan masing-masing peserta. Jadi intinya adalah peserta melakukan aktivitas lari/ jogging/ jalan cepat/ jalan lambat/ jalan santai semaksimal yang bisa dilakukan oleh tubuhnya, sejauh 1mil, atau sekitar 1,6 km. Setelahnya bisa diukur tingkat kebugaran masing-masing.

Mengapa tes kebugaran ini penting? Karena dengan menilai kebugaran seseorang dapat digunakan untuk mencegah atau bahkan mengobati penyakit-penyakit yang menyebabkan kemunduran kesehatan akibat gaya hidup yang tidak sehat dan atau penuaan

Tes Kebugaran dapat mengukur tingkat kebugaran seseorang dengan mengukur volume seseorang dalam mengkonsumsi oksigen saat latihan dan kapasitas maksimum (VO2 Maks). VO2 Maks adalah Oksigen maksimal yang dapat digunakan oleh tubuh manusia untuk melakukan aktivitas yang intensif. Biasanya VO2 Maks dinyatakan dalam satuan liter per menit atau mililiter/menit/kgBB.

Tes kebugaran ini juga dipakai untuk calon jamaah haji.



Nah, sebelumnya kami sempat mengisi kuesioner tentang kondisi tubuh masing-masing. Beberapa dari kami yang pernah mengalami atau menderita masalah kesehatan seperti sering mengalami nyeri dada di bagian kiri, atau pernah dinyatakan menderita sakit tertentu oleh dokter, akan diberi pengawasan khusus.

Alurnya begini:

1. Sebelum memulai pemanasan, dilakukan penghitungan denyut nadi permenit. Denyut saya 88.
2. Pemanasan/ peregangan ringan.
3. Lari/ jogging/ jalan di lintasan sejauh 1,6 km. (Waktu tempuh dihitung) Kaki saya lagi bengkak tidak memungkinkan dibawa lari, akhirnya jadi jalan cepat.
4. Di garis finish dilakukan penghitungan waktu tempuh, dan denyut nadi. Waktu tempuh saya 14 menit dan denyut saya (cuma) 100. Haha. Nambah dikit banget.
5. Mencocokkan hasil waktu tempuh dan denyut nadi dengan tabel yang ada di formulir kebugaran.

Selain data-data di atas, hasil metode Rockport ini di pengaruhi oleh jenis kelamin, dan usia. Nah, hasilnya, berdasarkan usia saya, kebugaran saya ada di kelas: Cukup. Yaa lumayaaan. Daripada Kurang atau Kurang Banget. Sedihnya sebagian besar dari kami, meskipun masih muda –ehm-, justru punya tingkat kebugaran yang Kurang. Kalaah dengan ibu-ibu dari Dinas Kesehatan yang lebih senior tapi tingkat kebugarannya “Sangat Baik”. Hoho. Larinya aja jauh lebih cepat dari sayaaa. Beliau 11 menit. Huhu.

Tapi kami semua, sepulang dari acara temu blogger kesehatan ini, bertekad di dalam hati untuk menjadi lebih bugar dan sehat! Dalam rentang 3 bulan, bisa dilakukan tes dengan metode ini secara mandiri. Semoga hasilnya lebih baik.

Selama dua hari bersama Dinas Kesehatan Kota Semarang, membuka wawasan saya tentang hal-hal yang sebelumnya tidak terpikirkan, atau ada di depan mata tapi enggan merhatiin. Padahal setiap diri kita bertanggung jawab dan memberikan kontribusi entah negatif atau positif untuk kesehatan tidak hanya diri sendiri dan keluarga, tapi juga lingkungan. Karena akan jadi apa masalah kesehatan di kota kita, bahkan di alam semesta ini, dipengaruhi oleh diri kita. Be A Healthy Hero!
Semua pengen bahagia dan sehat, sisters, roomie, dan rombongan
Satu kepakan sayap kupu-kupu, bisa jadi awal badai yang dahsyat.

17 comments:

  1. Puskesmas mah buat menjaga kesehatan yaa, salah kaprah..tulisannya lengkaap..

    ReplyDelete
  2. Puskesmas sekarang makin baik aja pelayananan dan fasilitasnya yaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kemarin suami sakit gigi juga ke Puskesmas hehe

      Delete
  3. Wow seru banget acaranya. Bener nih rmhku sebulan sekali didatangi dinkes karena ada yg hamil hehehe.. Senangnya diperhatikan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mbak Farida. Bumil tuh special banget di mata dinkes Semarang

      Delete
  4. Faskes satunya BPJS dan suamiku kelas sati di puskesmas gayamsari 😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. 😊😊 alhamdulillah tercover Mbak

      Delete
  5. Ada tekad utk lebih bugar yes,, biar kalo cek kebugaran lagi nggak di hasil cukup bugar,, tp BUGAR :D

    ReplyDelete
  6. Hasil cek kesehatan mirip2 kita, aku masih punya pe er turunkan BB jugaak

    ReplyDelete
  7. Wah, keren ya mbak programnya. Andaikan di Aceh ada dibuat kayak gini tentu informasi kesehatan dapat tersebar luas. Izin share ya Mbak.

    ReplyDelete